Buat sebagian orang, menjadi blogger merupakan sesuatu yang tertinggal di masa dimana semua informasi didapatkan melalui video pendek 15 detik, but this is not the case for me. Sebagai orang yang juga "hijrah" ke platform video dan streaming saya juga paham bahwa mendengarkan dan menonton tentunya jauh lebih enak dan mudah ketimbang membaca, mereimajinasikan, dan berpikir.
In fact, saat saya kecil di tahun 90-an pun, saya dan teman-teman sebaya lebih banyak ngomongin film kartun yang lagi hits ketimbang membaca buku. Mungkin Harry Potter, Raditya Dika, Dewi Lestari dan segelintir buku teenlit adalah penyelamat masa muda saya. Tanpa mereka mungkin saya pun tak akan terbiasa membaca.
Jadi ketika saya diminta mengisi kelas "menjadi blogger profesional" oleh Niagahoster, jujur saya ngga tahu mau bicara apa.
Topik "Menjadi Profesional" punya banyak konotasi: profesional dalam arti bisa menjalankan segala pekerjaan dengan baik, atau menjadi orang yang memang dibayar sesuai dengan jasa profesinya. Either way, for me it's all about money and work ethics.
Bagi blogger setengah tua seperti saya yang mulai menulis di tahun 2007 dan baru ((tenar)) belakangan ini, saya juga paham bahwa kebanyakan orang mulai ngeblog setelah pandemi ini karena dua alasan: yang pertama karena gabut, dan yang kedua karena melihat potensi penghasilan tambahan. Dan nggak ada yang salah dengan kedua alasan ini.
Saya sering ngomongin soal ini di twitter, bahwa kebanyakan orang mulai ngeblog karena tergiur dengan uang. Ya kalau nggak ada uangnya, saya juga nggak yakin pada tergiur lol.
Ngapain kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis dan membuat konten yang belum tentu dibaca orang tanpa mengharapkan apa-apa? Jadi kalau ada monetary values yang bisa diambil dari kegiatan ini, ya menurut saya nggak masalah.
Jadi ketika Niagahoster ngajakin untuk jadi pembicara buat acara Blogverse: Menjadi Blogger Professional tanggal 30 November lalu, saya langsung gas ngeng. Berikut beberapa keypoints yang jadi pembicaraan dalam acara tersebut:
Berkomunitas, Jalan untuk Survive
Dalam acara bincang bersama Niagahoster kali ini, saya dipasangkan dengan Mbak Ririn Wandes, Blogger Melalak Cantik dari Komunitas Blogger Medan. Seneng banget bisa berjumpa dengan blogger kenamaan dari Medan, apalagi bisa on-air bareng. Saya sendiri sudah lama pengen ke Medan. Nggak apa-apalah, kali ini denger sedikit cerita dari Medan dari Mbak Ririn.
Komunitas Blogger Medan--jika saya tak salah tangkap, banyak melakukan blog-check-up untuk para anggotanya. Ini sesuatu yang saya lakukan di Jogja dengan berbayar. Bagi saya keren banget ketika komunitas bisa berperan dalam memajukan blog para anggotanya baik secara teknis maupun non teknis. Nggak semua komunitas mampu melakukan hal ini.
Kami bersepakat bahwa berkomunitas adalah salah satu cara untuk meningkatkan network dan networth. Percayalah, bagi saya yang ambivert sekalipun, sesekali bertemu dengan orang-orang yang memiliki similar interest bisa jadi hal yang sangat comforting.
Bagi saya, berkomunitas dan mendapat info-info baru bukan berarti lantas saya kehilangan jati diri saya sebagai Blogger. Percaya deh, saya banyak bertemu blogger yang unik-unik dan punya persona yang menggembirakan setelah berkomunitas. Bahkan kakak saya yang konon introvert itu dulunya pun berkomunitas *batuk*
Masih Banyak yang Terlalu Terfokus dengan Cara Mendapatkan Sponsor
Tujuan Monetisasi Blog vs Cara Monetisasi Blog
- Jumlah artikel dan internal backlink kita udah bagus belum? Konon idealnya 1 artikel bersponsor buat 3 artikel non sponsor, dan 3 internal backlink untuk 1 external link. Rasio 1:3 ini konon ideal, tapi kalau saya biasanya lebih ke: apakah artikel sponsor ini relevan dengan konten saya yang lain? kan aneh kalo ada iklan mesin jahit nyempil di tengah-tengah pembahasan seputar keyboard.
- Udah punya Google Search Console dan Google Analytics untuk tracking performa blog? Google analytics sering diminta oleh pihak sponsor setelah bekerjasama, jadi kalian wajib pasang di blog masing-masing.
- Traffic sudah memadai untuk adsense? Udah tahu penempatan ads yang baik untuk memaksimalkan pendapatan? Cocok ngga sih sama audience kalian? Jangan-jangan udah berjibaku pasang adsense eh audiencenya semua tech savvy dan pengguna adblock. Kalau udah begini kan perlu cara lain untuk dapat rupiah lol.
- Udah bikin survey KYC untuk tahu tipe pembaca? Kalau pembaca kalian tipe yang benci ads tapi kalian nulis sponsored post hard sell, nggak akan masuk, yang ada nambah-nambahin bounce rate aja lol.
- Speaking of bounce rate, siapa yang panik bounce ratenya tinggi? Kalau kalian masih super duper panik perkara DA/PA, Spam Score, Bounce Rate, ayo belajar lagi SEO-nya karena sebenarnya 3 hal ini bukan hal yang perlu dibawa panik dan jejeritan di grup whatsapp blogger.
SEO vs Persaingan Search Engine
Buat sebagian orang, menjadi blogger merupakan sesuatu yang tertinggal di masa dimana semua informasi didapatkan melalui video pendek 15 detik, but this is not the case for me. Sebagai orang yang juga "hijrah" ke platform video dan streaming saya juga paham bahwa mendengarkan dan menonton tentunya jauh lebih enak dan mudah ketimbang membaca, mereimajinasikan, dan berpikir.
In fact, saat saya kecil di tahun 90-an pun, saya dan teman-teman sebaya lebih banyak ngomongin film kartun yang lagi hits ketimbang membaca buku. Mungkin Harry Potter, Raditya Dika, Dewi Lestari dan segelintir buku teenlit adalah penyelamat masa muda saya. Tanpa mereka mungkin saya pun tak akan terbiasa membaca.
Jadi ketika saya diminta mengisi kelas "menjadi blogger profesional" oleh Niagahoster, jujur saya ngga tahu mau bicara apa.
Topik "Menjadi Profesional" punya banyak konotasi: profesional dalam arti bisa menjalankan segala pekerjaan dengan baik, atau menjadi orang yang memang dibayar sesuai dengan jasa profesinya. Either way, for me it's all about money and work ethics.
Bagi blogger setengah tua seperti saya yang mulai menulis di tahun 2007 dan baru ((tenar)) belakangan ini, saya juga paham bahwa kebanyakan orang mulai ngeblog setelah pandemi ini karena dua alasan: yang pertama karena gabut, dan yang kedua karena melihat potensi penghasilan tambahan. Dan nggak ada yang salah dengan kedua alasan ini.
Saya sering ngomongin soal ini di twitter, bahwa kebanyakan orang mulai ngeblog karena tergiur dengan uang. Ya kalau nggak ada uangnya, saya juga nggak yakin pada tergiur lol.
Ngapain kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk menulis dan membuat konten yang belum tentu dibaca orang tanpa mengharapkan apa-apa? Jadi kalau ada monetary values yang bisa diambil dari kegiatan ini, ya menurut saya nggak masalah.
Jadi ketika Niagahoster ngajakin untuk jadi pembicara buat acara Blogverse: Menjadi Blogger Professional tanggal 30 November lalu, saya langsung gas ngeng. Berikut beberapa keypoints yang jadi pembicaraan dalam acara tersebut:
Berkomunitas, Jalan untuk Survive
Dalam acara bincang bersama Niagahoster kali ini, saya dipasangkan dengan Mbak Ririn Wandes, Blogger Melalak Cantik dari Komunitas Blogger Medan. Seneng banget bisa berjumpa dengan blogger kenamaan dari Medan, apalagi bisa on-air bareng. Saya sendiri sudah lama pengen ke Medan. Nggak apa-apalah, kali ini denger sedikit cerita dari Medan dari Mbak Ririn.
Komunitas Blogger Medan--jika saya tak salah tangkap, banyak melakukan blog-check-up untuk para anggotanya. Ini sesuatu yang saya lakukan di Jogja dengan berbayar. Bagi saya keren banget ketika komunitas bisa berperan dalam memajukan blog para anggotanya baik secara teknis maupun non teknis. Nggak semua komunitas mampu melakukan hal ini.
Kami bersepakat bahwa berkomunitas adalah salah satu cara untuk meningkatkan network dan networth. Percayalah, bagi saya yang ambivert sekalipun, sesekali bertemu dengan orang-orang yang memiliki similar interest bisa jadi hal yang sangat comforting.
Bagi saya, berkomunitas dan mendapat info-info baru bukan berarti lantas saya kehilangan jati diri saya sebagai Blogger. Percaya deh, saya banyak bertemu blogger yang unik-unik dan punya persona yang menggembirakan setelah berkomunitas. Bahkan kakak saya yang konon introvert itu dulunya pun berkomunitas *batuk*
Masih Banyak yang Terlalu Terfokus dengan Cara Mendapatkan Sponsor
Tujuan Monetisasi Blog vs Cara Monetisasi Blog
- Jumlah artikel dan internal backlink kita udah bagus belum? Konon idealnya 1 artikel bersponsor buat 3 artikel non sponsor, dan 3 internal backlink untuk 1 external link. Rasio 1:3 ini konon ideal, tapi kalau saya biasanya lebih ke: apakah artikel sponsor ini relevan dengan konten saya yang lain? kan aneh kalo ada iklan mesin jahit nyempil di tengah-tengah pembahasan seputar keyboard.
- Udah punya Google Search Console dan Google Analytics untuk tracking performa blog? Google analytics sering diminta oleh pihak sponsor setelah bekerjasama, jadi kalian wajib pasang di blog masing-masing.
- Traffic sudah memadai untuk adsense? Udah tahu penempatan ads yang baik untuk memaksimalkan pendapatan? Cocok ngga sih sama audience kalian? Jangan-jangan udah berjibaku pasang adsense eh audiencenya semua tech savvy dan pengguna adblock. Kalau udah begini kan perlu cara lain untuk dapat rupiah lol.
- Udah bikin survey KYC untuk tahu tipe pembaca? Kalau pembaca kalian tipe yang benci ads tapi kalian nulis sponsored post hard sell, nggak akan masuk, yang ada nambah-nambahin bounce rate aja lol.
- Speaking of bounce rate, siapa yang panik bounce ratenya tinggi? Kalau kalian masih super duper panik perkara DA/PA, Spam Score, Bounce Rate, ayo belajar lagi SEO-nya karena sebenarnya 3 hal ini bukan hal yang perlu dibawa panik dan jejeritan di grup whatsapp blogger.
thank you for sharing kak! kebetulan aku ketinggalan acara webinarnya juga :')
BalasHapussetuju banget sih kalo di forum atau grup WhatsApp gitu banyak banget yang langsung nanya cara pasang iklan tanpa punya pondasi blognya dulu. kalau aku pribadi bahkan masih takut beli domain karena belum bisa konsisten posting :')
kak sausan, jujurly aku beli domain dulu baru panic karena berasa ngga konsisten wkwkwk terus mulai deh konsisten
Hapus