Saya akhirnya telah mencapai titik lelah menggunakan Macintosh. Kali ini saya serius, saya benar-benar pindah Operating System.
Kenapa pindah Operating System menjadi sebuah cerita baru buat saya? Karena saya sudah 13 tahun menggunakan mac--10 tahun bahkan secara eksklusif menggunakan mac tanpa produk windows sampingan. Saya menggunakan ekosistem apple untuk sehari-hari, kecuali untuk apple watch yang rentan hilang dikala tangan pegal-pegal.
Jujur ada banyak hal yang saya sukai dari macintosh. Keyboard yang nyaman sebelum butterfly switch menyerang, trackpad yang akurat dan kaya gestur, tampilan aplikasi yang menawan, kemudahan untuk airdrop dan handoff sehingga saya bisa copy paste dari laptop ke handphone dan handphone ke laptop dengan cepat, sampai layar yang emang.... aduh pokoknya nggak bikin mata capek. Tapi itu semua telah tergantikan dengan kebutuhan baru:
Yaitu Genshin Impact.
Karena kita anaknya punya motto Harta, Tahta dan Gacha.
Nggak deng, bukan cuma Genshin Impact. Saya mulai merasa kalau macbook yang saya gunakan sudah lagi nggak mendukung kebutuhan pekerjaan freelance saya yang semakin hari semakin banyak, misalnya saja analisis data menggunakan office yang mana lambannya bikin inget Tuhan di Mac, render ini itu yang makin hari makin banyak aja rasanya, sampai ngisi e-filing pajak. Tapi yang paling penting adalah ini saya punya koleksi games di steam, ubisoft, origin, epic dan riot yang nggak kepake banyak banget karena ga disupport Mac lagi.
Jadi dengan berat hati, saya memutuskan untuk... Build PC
Kenapa PC? Kenapa Bukan Laptop Gaming?
Jujur saya bukan tipe blogger/gamer zuma yang kemudian akan mengiklankan laptop gaming pemakaian sehari-hari. Laptop gaming itu jelas nggak masuk budget dan kebutuhan saya secara kita anaknya UMR jogja garis keras.
Ini adalah pengalaman dan kebutuhan saya sendiri ya, bukan untuk mendiscourage kalian beli laptop gaming atau menjelek-jelekkan laptop gaming.
Secakep-cakepnya laptop gaming, semantap-mantapnya laptop gaming, spek yang bisa kita utak atik itu terbatas. Belum lagi penampilan kebanyakan laptop gaming yang nyala-nyala kaya odong-odong dengan RGB yang warnanya bikin sakit kepala seringkali membuat saya malas dengan laptop gaming.
((tentunya enggak semua laptop gaming bentuknya seperti odong-odong ya, tapi yang saya taksir kaya Razer Blade harganya beneran bikin kantong bolong))
Apalagi, kita sebagai gamer zuma sejati jelas sudah punya line up keyboard gaming sendiri. Jadi alamat nantinya itu laptop mahal-mahal dengan teknologi layar aneh aneh itu tetap akan dicolok ke monitor eksternal--secara, apa sih yang kamu harapkan dengan ngegame di layar 15 inchi?
Terus pake keyboard sendiri. Mouse sendiri.
Cuma bisa dibawa ke kasur aja kalo lagi mager duduk di kursi. Udah begitulah inti pikiran saya soal laptop gaming.
Pun kalo mau bicara soal portabilitas, kebanyakan laptop gaming yang harganya masuk di budget saya itu bulky dan berat. Mau bawa-bawa keluar rumah malas, mending bawa iPad yang bisa masuk tas cantik. Jadi sudahlah sekalian saja saya build PC.
Adaptasi Dari Mac ke PC
"Mending Rakit PC Aja"
*habis itu bingung sendiri entar balik modalnya gimana*
Kondisinya saya sudah punya monitor sendiri ya (LG 22MK600) jadi pengeluaran saya jauh lebih hemat, kapan-kapan saya cerita soal monitor saya ya.
Pengen Balik Ke Apple Nggak?
sebagai pengguna Mac dari jaman OSX Leopard (yang mana dulu mau upgrade OS aja berbayar!) saya jelas masih susah move on dari beberapa fitur-fitur MacOS, tapi saya masih bisa dengan mudah menemukan substitusinya di Windows.
Mac atau Windows
Jujur bagi saya sama saja. Wong yang membedakan memang cuma interface dan environment-nya saja.
Tapi kalau soal support ke banyak aplikasi, saya masih prefer windows. Akhirnya mengisi SPT ga perlu nebeng laptop orang cuma buat buka e-form :p
Pertanyaannya, kalau bisa pake dua-duanya, kenapa harus milih salah satu? lol.
Saya akhirnya telah mencapai titik lelah menggunakan Macintosh. Kali ini saya serius, saya benar-benar pindah Operating System.
Kenapa pindah Operating System menjadi sebuah cerita baru buat saya? Karena saya sudah 13 tahun menggunakan mac--10 tahun bahkan secara eksklusif menggunakan mac tanpa produk windows sampingan. Saya menggunakan ekosistem apple untuk sehari-hari, kecuali untuk apple watch yang rentan hilang dikala tangan pegal-pegal.
Jujur ada banyak hal yang saya sukai dari macintosh. Keyboard yang nyaman sebelum butterfly switch menyerang, trackpad yang akurat dan kaya gestur, tampilan aplikasi yang menawan, kemudahan untuk airdrop dan handoff sehingga saya bisa copy paste dari laptop ke handphone dan handphone ke laptop dengan cepat, sampai layar yang emang.... aduh pokoknya nggak bikin mata capek. Tapi itu semua telah tergantikan dengan kebutuhan baru:
Yaitu Genshin Impact.
Karena kita anaknya punya motto Harta, Tahta dan Gacha.
Nggak deng, bukan cuma Genshin Impact. Saya mulai merasa kalau macbook yang saya gunakan sudah lagi nggak mendukung kebutuhan pekerjaan freelance saya yang semakin hari semakin banyak, misalnya saja analisis data menggunakan office yang mana lambannya bikin inget Tuhan di Mac, render ini itu yang makin hari makin banyak aja rasanya, sampai ngisi e-filing pajak. Tapi yang paling penting adalah ini saya punya koleksi games di steam, ubisoft, origin, epic dan riot yang nggak kepake banyak banget karena ga disupport Mac lagi.
Jadi dengan berat hati, saya memutuskan untuk... Build PC
Kenapa PC? Kenapa Bukan Laptop Gaming?
Jujur saya bukan tipe blogger/gamer zuma yang kemudian akan mengiklankan laptop gaming pemakaian sehari-hari. Laptop gaming itu jelas nggak masuk budget dan kebutuhan saya secara kita anaknya UMR jogja garis keras.
Ini adalah pengalaman dan kebutuhan saya sendiri ya, bukan untuk mendiscourage kalian beli laptop gaming atau menjelek-jelekkan laptop gaming.
Secakep-cakepnya laptop gaming, semantap-mantapnya laptop gaming, spek yang bisa kita utak atik itu terbatas. Belum lagi penampilan kebanyakan laptop gaming yang nyala-nyala kaya odong-odong dengan RGB yang warnanya bikin sakit kepala seringkali membuat saya malas dengan laptop gaming.
((tentunya enggak semua laptop gaming bentuknya seperti odong-odong ya, tapi yang saya taksir kaya Razer Blade harganya beneran bikin kantong bolong))
Apalagi, kita sebagai gamer zuma sejati jelas sudah punya line up keyboard gaming sendiri. Jadi alamat nantinya itu laptop mahal-mahal dengan teknologi layar aneh aneh itu tetap akan dicolok ke monitor eksternal--secara, apa sih yang kamu harapkan dengan ngegame di layar 15 inchi?
Terus pake keyboard sendiri. Mouse sendiri.
Cuma bisa dibawa ke kasur aja kalo lagi mager duduk di kursi. Udah begitulah inti pikiran saya soal laptop gaming.
Pun kalo mau bicara soal portabilitas, kebanyakan laptop gaming yang harganya masuk di budget saya itu bulky dan berat. Mau bawa-bawa keluar rumah malas, mending bawa iPad yang bisa masuk tas cantik. Jadi sudahlah sekalian saja saya build PC.
Adaptasi Dari Mac ke PC
"Mending Rakit PC Aja"
*habis itu bingung sendiri entar balik modalnya gimana*
Kondisinya saya sudah punya monitor sendiri ya (LG 22MK600) jadi pengeluaran saya jauh lebih hemat, kapan-kapan saya cerita soal monitor saya ya.
Pengen Balik Ke Apple Nggak?
sebagai pengguna Mac dari jaman OSX Leopard (yang mana dulu mau upgrade OS aja berbayar!) saya jelas masih susah move on dari beberapa fitur-fitur MacOS, tapi saya masih bisa dengan mudah menemukan substitusinya di Windows.
Mac atau Windows
Jujur bagi saya sama saja. Wong yang membedakan memang cuma interface dan environment-nya saja.
Tapi kalau soal support ke banyak aplikasi, saya masih prefer windows. Akhirnya mengisi SPT ga perlu nebeng laptop orang cuma buat buka e-form :p
Pertanyaannya, kalau bisa pake dua-duanya, kenapa harus milih salah satu? lol.
wah lama juga ya di mac udah 13 tahun, aku malah belum pernah tuh pakai mac. Dari dulu selalu windows, walau sebenarnya pengen nyoba juga
BalasHapusWelcome to Windows OS.
BalasHapus