Jujur kadang kepikiran selama pandemi dan new normal ini apakah makanan yang saya dan keluarga konsumsi sudah cukup bergizi untuk menopang kesehatan kami, padahal gizi seimbang merupakan salah satu kunci imun yang baik lho!
Pengakuan dosa dulu ya, selama pandemi ini saya memang jarang olahraga, berat meningkat, stress level juga meningkat mendengar kolega dan rekan kerja yang satu persatu jatuh sakit. Makanan yang saya makan juga jadi berantakan.
Ini baru saya lho, belum keluarga saya.
Nggak kebayang juga dengan kondisi teman-teman lainnya yang mungkin jauh lebih pelik daripada saya yang emang senantiasa WFH sehingga kalaupun sakit ya kondisinya dirumah aja, isolasi lebih mudah karena penghuni rumah cuma dikit. Tapi siapa juga sih yang mau sakit disaat-saat seperti ini??
Hayo ngacung selama pandemi siapa yang jadwal makan dan tidurnya jadi berantakan? Ngaku deh pasti banyak yang merasa seperti ini.
Kemarin waktu saya sharing soal nutrisi ini di instagram story pasca mengikuti Webinar Bicara Gizi dari Danone, banyak banget yang respond kalo bukan cuma mereka yang life cycle nya jadi berantakan tapi juga anak-anak mereka.
Dari Webinar ini saya juga belajar kalau ternyata it's okay not to be okay, yet gitu. Secara parenthood itu kan journey ya, pengalaman yang dibentuk perlahan-lahan selama bertahun-tahun jadi orangtua dan nggak ada endingnya. Jadi wajar kalo kehidupan keluarga itu nggak selamanya mulus dan happy jolly jolly.
Happy parents generates happy kids gitu lah intinya.
Permasalahannya di saat begini, susah banget buat happy, jujur. Nah kalo kitanya aja nggak happy gimana anak-anak mau ikut happy juga? Padahal mereka seharian dirumah sama kita :(
Newness dan Anak-Anak
Kadang tuh kita suka lupa kalo anak-anak juga bisa stress dan tertekan dalam kondisi yang serba tak pasti baru ini. Mereka juga harus beradaptasi dengan gaya hidup baru dan tentunya mereka ngga bisa langsung nge-grasp konsep pandemi, WFH, pembelajaran jarak jauh, PSBB dan lain-lain.
Coba deh bayangin, pada awalnya mungkin anak-anak beranggapan School from Home (SFH) / Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sebagai liburan. Eh tapi enggak dong, nggak libur! Anak-anak tetap pagi-pagi harus bangun seperti biasa lalu nyalain gadget dan sekolah via gadget.
Dari yang tadinya bisa ketemu tatap muka sama teman sebangku, saling contek PR, nggosip bersosialisasi di jam istirahat, sekarang harus sekolah dari rumah dengan segala keterbatasan suasana yang ada di rumah.
Yang tadinya jam pulang sekolah bisa main sama teman-teman, belajar kelompok ataupun bimbel bareng mendadak harus dirumah aja nggak boleh ketemu siapa-siapa.
Yang tadinya makan siang bisa nyolong-nyolong jajan bakso, batagor, cuanki, geprek tanpa ketauan mama sekarang harus menikmati makanan mama yang juga jarang-jarang masak jadi masakannya ambyar--eh ini kayanya isi rumah saya aja yang begini lol.
Bahkan weekend yang tadinya bisa bersantai sama keluarga dan jalan-jalan jadi hal yang nggak bisa dilakukan. Bingung, pasti. Kesel, mungkin. Kalo saya jadi anak-anak juga mungkin saya bakal stress secara jaman kecil dikasi LKS yang burem dikit aja stress hmmm
Nah ketika anak stress, moodnya nggak bagus, ini juga bisa mempengaruhi pola makan dan life cycle mereka lho. Misal yang setiap hari disekolah pasti makan jam 12 (karena istirahatnya jam segitu kan ya) mendadak makan entah jam 1 atau jam 2 karena orang rumah masih ribet ngurusin WFH yang malah bikin kerjaan tambah banyak
Padahal, pola makan yang baik dan istirahat yang cukup itu sangat mempengaruhi imunitas kita lho.
Disaat-saat kaya gini siapa sih yang nggak pengen punya sistem imun yang baik? Nah untuk itu kita harus menerapkan gizi yang seimbang.
Gizi Seimbang Bukan Hanya Soal Makanan
Permasalahan gizi seimbang ini memang seringkali kita abaikan ya? Padahal gizi yang seimbang bukan hanya soal makanan lho!
Coba deh cermati panduan gizi seimbang berikut ini. Ini saya adaptasi dari tumpeng gizi seimbang kemenkes ya guys:
Gizi yang seimbang bukan hanya seputar makan makanan bergizi saja lho tapi juga melakukan aktivitas fisik yang cukup dan senantiasa hidup bersih.
Dari ((tumpeng)) diatas, kalian bisa lihat bahwa membatasi garam gula dan minyak itu juga penting dalam mewujudkan makanan yang sehat. Disini penting untuk memberikan nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral juga nutrisi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Kalau dulu kita mengenal makanan empat sehat lima sempurna, saat ini panduan gizi seimbang juga dilengkapi dengan panduan porsi yang sehat yaitu Isi Piringku!
Jadi kalau tumpeng gizi seimbang adalah panduan porsi dalam 1 hari, isi piringku adalah panduan porsi sekali makan. Bisa dilihat kan ya, nutrisinya lengkap sekali mulai dari makanan pokok, lauk pauk, buah dan sayur.
Permasalahannya adalah anak belum tentu mau kan makan dengan gizi seimbang. Ya seperti yang kita tahu, anak-anak kan kadang semau maunya sendiri. Kita sudah capek-capek masak dengan menu rancangan mingguan yang bergizi dan diplating cakep-cakep eh mintanya lele goreng tiap hari.
Sabar ya gengs.
Apalagi pas pandemi begini, anak-anak kadang bosan sama masakan rumah terus males makan dan lain-lain. Ya gausah anak-anak, saya sendiri aja kadang bosen dan gatau mau makan apa lol :))
Kuncinya emang di variasi makanan dan kegiatan makan pada anak nih kan ya. Ya seseneng-senengnya saya sama ayam geprek ya bosen juga kan kalo makan geprek terus menerus.
Nah denger denger dari dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinis coba deh untuk consider protein nabati untuk variasi makanan sehari-hari biar nggak bosan, misalnya kacang-kacangan. Meski berasal dari sayuran, manfaat protein nabati bagi anak-anak itu juga banyak sekali seperti memenuhi kebutuhan serat, dan juga mengandung mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menggunakan protein nabati sebagai salah satu sumber nutrisi ini juga sudah diterapkan sama Mbak Soraya Larasati, artis dan public figure yang kebetulan adalah seorang vegetarian.
Menggunakan protein nabati sebagai salah satu sumber nutrisi ini juga sudah diterapkan sama Mbak Soraya Larasati, artis dan public figure yang kebetulan adalah seorang vegetarian.
Jangan takut anak mogok makan sayur karena anak adalah peniru ulung. Anak-anak mba Soraya Larasati lama-lama terbawa gaya hidupnya yang vegetarian meski tak sepenuhnya hanya mengonsumsi sayur-sayuran. Dengan meniru orang tua yang gemar makan sayur, anak-anak bisa lebih mudah makan sayur setiap hari.
Untuk melengkapi nutrisi bisa juga ditambah dengan susu pertumbuhan soya dengan soya terfortifikasi yang memang bagus untuk tumbuh kembang anak dan untuk anak yang punya alergi laktosa.
Tips Mengatasi Mood Makan Anak Yang Menurun
Kondisi pandemi seperti ini emang bikin para orangtua harus seringkali ngelus dada karena adaaaa ajaaaa masalah anak yang harus kita hadapi, salah satunya adalah GTM alias Gerakan Tutup Mulut atau Gerakan Takmau Makan.
Musuh bersama banget sih GTM ini, karena dampaknya kan lumayan besar juga ya kalo anak nggak mau makan. Inget, anak nggak makan -- gizi tidak tercukupi -- tumbuh kembang terganggu.
Menurut Kak Putu Andani M.Si, Psikolog dari Tiga Generasi, anak-anak belum tentu dapat langsung memahami kondisi pandemi ini. Jadi mereka bisa saja stress, tertekan dan merasa nggak nyaman sehingga mempengaruhi mood mereka untuk makan.
TAPIIII....
Kak Putu Andani juga bilang bahwa anak juga nggak bisa ujug-ujug disuruh ataupun dipaksa makan. Anak harus bisa diberi pengertian bahwa makan itu kegiatan yang menyenangkan.
Menurut dr Juwalita, pandemi ini adalah kesempatan emas untuk
Supaya nggak bosan, anak-anak bisa diajak untuk membantu menyiapkan makanan bersama, mengenal bentuk makanan sampai diajak memasak. Ajak anak untuk mengenal makanannya mulai dari bentuk, warna, tekstur dan rasa. Selain itu buatlah agar kegiatan menyiapkan makanan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Sudah mencoba semuanya tapi anak masih GTM? Kata Kak Putu Andani coba deh ubah pola interaksi saat makan dengan anak-anak.
Biasanya saat anak malas makan--atau kebalikannya, terlalu doyan makan, kita seringkali mengeluarkan komentar tidak perlu yang malah bikin anak males makan.
Jadi kalau anak langsung dipaksa untuk memakan makanan yang dia tidak sukai, yang ada malah akan menyakiti perasaan anak. Memang kadang jadi orangtua harus banyak ngalah ya?
Jadi biarkan saja dulu makanannya tidak dimakan, perlahan-lahan kenalkan anak pada makanan yang ia anggap tidak menarik dan tidak sukai dengan menyajikannya didepan anak langsung. Nanti lama kelamaan kan dia akan menyerah dan mengambil makanan tersebut.
Tentu proses ini nggak hanya berlangsung dalam satu-dua kali kesempatan ya, jadi orangtua benar-benar harus sabar. Ganti interaksi dengan kalimat-kalimat positif yang menggugah keinginan anak untuk makan.
Manajemen Stress Pada Orang Tua Juga Penting!
Saya memegang prinsip teguh yaitu: "Kalau ortunya aja spaneng apalagi anaknya"
meski belom punya anak kandung, tapi saya sudah merasakan bagaimana beratnya mengurus anak-anak kecil. There will be times when it got out of control and truly messy tapi kita nggak bisa marah karena ya namanya juga anak-anak.
Disini, penting juga untuk menjaga kesehatan mental kita sebagai orangtua. Orangtua juga harus punya support system yang baik selama pandemi ini.
Jadi terapkan gaya hidup sehat, baik secara fisik maupun secara mental.
Jangan ragu untuk meminta tolong kepada orang terdekat jika memang sudah mulai kesulitan untuk memanage stress. Ingat, lakukan semua dengan fun dan mindset yang positif agar mempermudah kita semua dalam me-manage kehidupan selama era newness ini.
Semangat semuanya! This too shall pass.
Love, Agi.
Jujur kadang kepikiran selama pandemi dan new normal ini apakah makanan yang saya dan keluarga konsumsi sudah cukup bergizi untuk menopang kesehatan kami, padahal gizi seimbang merupakan salah satu kunci imun yang baik lho!
Pengakuan dosa dulu ya, selama pandemi ini saya memang jarang olahraga, berat meningkat, stress level juga meningkat mendengar kolega dan rekan kerja yang satu persatu jatuh sakit. Makanan yang saya makan juga jadi berantakan.
Ini baru saya lho, belum keluarga saya.
Nggak kebayang juga dengan kondisi teman-teman lainnya yang mungkin jauh lebih pelik daripada saya yang emang senantiasa WFH sehingga kalaupun sakit ya kondisinya dirumah aja, isolasi lebih mudah karena penghuni rumah cuma dikit. Tapi siapa juga sih yang mau sakit disaat-saat seperti ini??
Hayo ngacung selama pandemi siapa yang jadwal makan dan tidurnya jadi berantakan? Ngaku deh pasti banyak yang merasa seperti ini.
Kemarin waktu saya sharing soal nutrisi ini di instagram story pasca mengikuti Webinar Bicara Gizi dari Danone, banyak banget yang respond kalo bukan cuma mereka yang life cycle nya jadi berantakan tapi juga anak-anak mereka.
Dari Webinar ini saya juga belajar kalau ternyata it's okay not to be okay, yet gitu. Secara parenthood itu kan journey ya, pengalaman yang dibentuk perlahan-lahan selama bertahun-tahun jadi orangtua dan nggak ada endingnya. Jadi wajar kalo kehidupan keluarga itu nggak selamanya mulus dan happy jolly jolly.
Happy parents generates happy kids gitu lah intinya.
Permasalahannya di saat begini, susah banget buat happy, jujur. Nah kalo kitanya aja nggak happy gimana anak-anak mau ikut happy juga? Padahal mereka seharian dirumah sama kita :(
Newness dan Anak-Anak
Kadang tuh kita suka lupa kalo anak-anak juga bisa stress dan tertekan dalam kondisi yang serba tak pasti baru ini. Mereka juga harus beradaptasi dengan gaya hidup baru dan tentunya mereka ngga bisa langsung nge-grasp konsep pandemi, WFH, pembelajaran jarak jauh, PSBB dan lain-lain.
Coba deh bayangin, pada awalnya mungkin anak-anak beranggapan School from Home (SFH) / Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sebagai liburan. Eh tapi enggak dong, nggak libur! Anak-anak tetap pagi-pagi harus bangun seperti biasa lalu nyalain gadget dan sekolah via gadget.
Dari yang tadinya bisa ketemu tatap muka sama teman sebangku, saling contek PR, nggosip bersosialisasi di jam istirahat, sekarang harus sekolah dari rumah dengan segala keterbatasan suasana yang ada di rumah.
Yang tadinya jam pulang sekolah bisa main sama teman-teman, belajar kelompok ataupun bimbel bareng mendadak harus dirumah aja nggak boleh ketemu siapa-siapa.
Yang tadinya makan siang bisa nyolong-nyolong jajan bakso, batagor, cuanki, geprek tanpa ketauan mama sekarang harus menikmati makanan mama yang juga jarang-jarang masak jadi masakannya ambyar--eh ini kayanya isi rumah saya aja yang begini lol.
Bahkan weekend yang tadinya bisa bersantai sama keluarga dan jalan-jalan jadi hal yang nggak bisa dilakukan. Bingung, pasti. Kesel, mungkin. Kalo saya jadi anak-anak juga mungkin saya bakal stress secara jaman kecil dikasi LKS yang burem dikit aja stress hmmm
Nah ketika anak stress, moodnya nggak bagus, ini juga bisa mempengaruhi pola makan dan life cycle mereka lho. Misal yang setiap hari disekolah pasti makan jam 12 (karena istirahatnya jam segitu kan ya) mendadak makan entah jam 1 atau jam 2 karena orang rumah masih ribet ngurusin WFH yang malah bikin kerjaan tambah banyak
Padahal, pola makan yang baik dan istirahat yang cukup itu sangat mempengaruhi imunitas kita lho.
Disaat-saat kaya gini siapa sih yang nggak pengen punya sistem imun yang baik? Nah untuk itu kita harus menerapkan gizi yang seimbang.
Gizi Seimbang Bukan Hanya Soal Makanan
Permasalahan gizi seimbang ini memang seringkali kita abaikan ya? Padahal gizi yang seimbang bukan hanya soal makanan lho!
Coba deh cermati panduan gizi seimbang berikut ini. Ini saya adaptasi dari tumpeng gizi seimbang kemenkes ya guys:
Gizi yang seimbang bukan hanya seputar makan makanan bergizi saja lho tapi juga melakukan aktivitas fisik yang cukup dan senantiasa hidup bersih.
Dari ((tumpeng)) diatas, kalian bisa lihat bahwa membatasi garam gula dan minyak itu juga penting dalam mewujudkan makanan yang sehat. Disini penting untuk memberikan nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral juga nutrisi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Kalau dulu kita mengenal makanan empat sehat lima sempurna, saat ini panduan gizi seimbang juga dilengkapi dengan panduan porsi yang sehat yaitu Isi Piringku!
Jadi kalau tumpeng gizi seimbang adalah panduan porsi dalam 1 hari, isi piringku adalah panduan porsi sekali makan. Bisa dilihat kan ya, nutrisinya lengkap sekali mulai dari makanan pokok, lauk pauk, buah dan sayur.
Permasalahannya adalah anak belum tentu mau kan makan dengan gizi seimbang. Ya seperti yang kita tahu, anak-anak kan kadang semau maunya sendiri. Kita sudah capek-capek masak dengan menu rancangan mingguan yang bergizi dan diplating cakep-cakep eh mintanya lele goreng tiap hari.
Sabar ya gengs.
Apalagi pas pandemi begini, anak-anak kadang bosan sama masakan rumah terus males makan dan lain-lain. Ya gausah anak-anak, saya sendiri aja kadang bosen dan gatau mau makan apa lol :))
Kuncinya emang di variasi makanan dan kegiatan makan pada anak nih kan ya. Ya seseneng-senengnya saya sama ayam geprek ya bosen juga kan kalo makan geprek terus menerus.
Nah denger denger dari dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Klinis coba deh untuk consider protein nabati untuk variasi makanan sehari-hari biar nggak bosan, misalnya kacang-kacangan. Meski berasal dari sayuran, manfaat protein nabati bagi anak-anak itu juga banyak sekali seperti memenuhi kebutuhan serat, dan juga mengandung mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menggunakan protein nabati sebagai salah satu sumber nutrisi ini juga sudah diterapkan sama Mbak Soraya Larasati, artis dan public figure yang kebetulan adalah seorang vegetarian.
Menggunakan protein nabati sebagai salah satu sumber nutrisi ini juga sudah diterapkan sama Mbak Soraya Larasati, artis dan public figure yang kebetulan adalah seorang vegetarian.
Jangan takut anak mogok makan sayur karena anak adalah peniru ulung. Anak-anak mba Soraya Larasati lama-lama terbawa gaya hidupnya yang vegetarian meski tak sepenuhnya hanya mengonsumsi sayur-sayuran. Dengan meniru orang tua yang gemar makan sayur, anak-anak bisa lebih mudah makan sayur setiap hari.
Untuk melengkapi nutrisi bisa juga ditambah dengan susu pertumbuhan soya dengan soya terfortifikasi yang memang bagus untuk tumbuh kembang anak dan untuk anak yang punya alergi laktosa.
Tips Mengatasi Mood Makan Anak Yang Menurun
Kondisi pandemi seperti ini emang bikin para orangtua harus seringkali ngelus dada karena adaaaa ajaaaa masalah anak yang harus kita hadapi, salah satunya adalah GTM alias Gerakan Tutup Mulut atau Gerakan Takmau Makan.
Musuh bersama banget sih GTM ini, karena dampaknya kan lumayan besar juga ya kalo anak nggak mau makan. Inget, anak nggak makan -- gizi tidak tercukupi -- tumbuh kembang terganggu.
Menurut Kak Putu Andani M.Si, Psikolog dari Tiga Generasi, anak-anak belum tentu dapat langsung memahami kondisi pandemi ini. Jadi mereka bisa saja stress, tertekan dan merasa nggak nyaman sehingga mempengaruhi mood mereka untuk makan.
TAPIIII....
Kak Putu Andani juga bilang bahwa anak juga nggak bisa ujug-ujug disuruh ataupun dipaksa makan. Anak harus bisa diberi pengertian bahwa makan itu kegiatan yang menyenangkan.
Menurut dr Juwalita, pandemi ini adalah kesempatan emas untuk
Supaya nggak bosan, anak-anak bisa diajak untuk membantu menyiapkan makanan bersama, mengenal bentuk makanan sampai diajak memasak. Ajak anak untuk mengenal makanannya mulai dari bentuk, warna, tekstur dan rasa. Selain itu buatlah agar kegiatan menyiapkan makanan menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Sudah mencoba semuanya tapi anak masih GTM? Kata Kak Putu Andani coba deh ubah pola interaksi saat makan dengan anak-anak.
Biasanya saat anak malas makan--atau kebalikannya, terlalu doyan makan, kita seringkali mengeluarkan komentar tidak perlu yang malah bikin anak males makan.
Jadi kalau anak langsung dipaksa untuk memakan makanan yang dia tidak sukai, yang ada malah akan menyakiti perasaan anak. Memang kadang jadi orangtua harus banyak ngalah ya?
Jadi biarkan saja dulu makanannya tidak dimakan, perlahan-lahan kenalkan anak pada makanan yang ia anggap tidak menarik dan tidak sukai dengan menyajikannya didepan anak langsung. Nanti lama kelamaan kan dia akan menyerah dan mengambil makanan tersebut.
Tentu proses ini nggak hanya berlangsung dalam satu-dua kali kesempatan ya, jadi orangtua benar-benar harus sabar. Ganti interaksi dengan kalimat-kalimat positif yang menggugah keinginan anak untuk makan.
Manajemen Stress Pada Orang Tua Juga Penting!
Saya memegang prinsip teguh yaitu: "Kalau ortunya aja spaneng apalagi anaknya"
meski belom punya anak kandung, tapi saya sudah merasakan bagaimana beratnya mengurus anak-anak kecil. There will be times when it got out of control and truly messy tapi kita nggak bisa marah karena ya namanya juga anak-anak.
Disini, penting juga untuk menjaga kesehatan mental kita sebagai orangtua. Orangtua juga harus punya support system yang baik selama pandemi ini.
Jadi terapkan gaya hidup sehat, baik secara fisik maupun secara mental.
Jangan ragu untuk meminta tolong kepada orang terdekat jika memang sudah mulai kesulitan untuk memanage stress. Ingat, lakukan semua dengan fun dan mindset yang positif agar mempermudah kita semua dalam me-manage kehidupan selama era newness ini.
Semangat semuanya! This too shall pass.
Love, Agi.
Ini tuh emang momen tepat banget ya mbak untuk memenuhi gizi anak-anak saat pandemi. Jujur sih semenjak pandemi aku sendiri jadi lebih ekstra lagi untuk menggalakan makan sayur, buah dan tentunya makanan dengan gizi seimbang.
BalasHapusKadang aku juga mikir duh minggu ini lagi kurang makan sayur. Agak picky sebenarnya aku masalah sayur makanya suka ganti ke buah. Tapi sejak pandemi aku paksakan juga ke anak-anak dengan alasan kesehatan Alhamdulillah mereka mengerti
BalasHapusNice post, terima kasih untuk ilmu gizi nya kak.
BalasHapusAku termasuk yg gak ngikutin piramida di atas, soalnya semakin bertambah umur, aku 40 plus plus, kerasa tubuhku gak suka banyak karbo. Shg piramidaku sekarang yg terbawah or paling banyak justru buah ama sayur. Haha. Sepakat bgt ttg interaksi saat makan. Bagus efeknya buat ngebangun kesadaran juga rasa syukur. Nice.
BalasHapusAgiii makasiii tipsnya.
BalasHapusAku tempo hari ikut webinar ini, tapi ngga full
Sekarang asik banget dah, bisa baca blogpost ini.
jadi paham isi webinarnya secara keseluruhan
Iya, ngerasa banget sejak pandemi ini jam tidur and makanku agak sedikit berantakan, karena ngerasa kerja di rumah aja memiliki wkt unlimited.
BalasHapusDan salah satu kuncinya emang orgtua kudu sabar ya, pahami prosesnya, mungkin saja anak sedang tidak mood atau memang lg gam mau makan.
Kalau aku tipsnya saat anak gak mau makan, biarkan anakku main dengan makanannya dulu, makan sendiri, lama2 kalau dia lapar ya makan juga kan :D
Gak mudah memang, aku paham bangeet :((( karena aku ngalami sendiri....
Btw, itu diatas ada kata2 yg putus sepertinya mba :)
"Menurut dr Juwalita, pandemi ini adalah kesempatan emas untuk ..."
alhamdulillah aku justru teratur pola makan dan pola tidur, cuma emang buat olahraga kurang rutin saking repotnya nemenin anak PJJ.
BalasHapushuaaaa saya banget nih selama pandemi nggak pernah olahraga, berat badan juga meningkat.
BalasHapusJadi kalau hidup bersih, insyaallah OK
Aktivitas fisik? sangat kurang
Pantau berat badan? jauhin deh timbangan, karena udah yakin jarumnya nganan terus.
Contoh interaksi saat makan bisa jadi awal untuk mindful eating yah. Anak-anakku kuakui asupannya kurang bergizi selama pandemi ini karena makannya jadi lebih picky huhuhu.
BalasHapusDuh, aku masih pr ni..
BalasHapusBuat ajak anak anak untuk suka makan makanan gizi seimbang...
Anak anakku picky soalnya, huhuhu
Bener bnget memberikan nutrisi yg lengkap Dan seimbang merupakn zat imun yg baik buat anak2 ya
BalasHapusBenar banget ini selama pandemik aku banyak makan dan jarang olahraga nih, abis baca ini perlu banget memperbaiki diri agar tetap sehat dan fresh
BalasHapusBisa jadi masukan yang patut dipraktekkan ketika anak-anak mulai gak mau makan karena termasuk kategori makanan baru. Biasakan untuk tidak judgement dengan rasa yaa....tapi minta anak-anak perlahan mengenali bentuk, bau dan mendorong anak untuk merasakan sendiri tekstur makanan tersebut.
BalasHapusliving a healthy life is indeed everyone's drea,. I really try to have on and please wish me luck :O
BalasHapusAku sempat ikutan nih webinarnya Danone. Relate banget karena anakku jam makannya jadi berantakan. Masa jam 12 dia bilang belum lapar, padahal emaknya udah jungkir balik di dapur sejak pagi. Huhuhu. Dan ternyata protein nabati itu sama pentingnya ya dengan protein hewani. Jadi bisa selang seling deh bikin menunya biar gak bosan dan banyak alasan nunda waktu makan.
BalasHapusNah iya, anak-anak saya itu, dimasakin A minta B, dimasakin B minta C, cuapek deh hihihi
BalasHapusTapi memang harus diberi pengertian juga ya, agar anak-anak mau makan apa yang sudah disediakan oleh ibunya. Supaya gizi mereka tercukupi
Alhamdulillah selama PJJ ini aku dan anakku baik-baik aja mba. Masih managable. Khusus pas pelajaran math aja kayaknya nih emaknya yang mengalami tekanan jiwa hahahaa... PR banget deh bisa sabar kalau pas math ini. But the rest is okay. Anakku ya santai aja, selesai kelas online langsung ngegame duh duuuhh...
BalasHapusSoal makan alhamdulillah anakku lapar terus. Agak over kalori nih kayaknya karena apa yang dimakan tidak sesuai dengan energi yang dikeluarkan. Semoga aja pandemi ini segera berakhir biar dia bisa olahraga dan beraktivitas di luar ruangan lagi. Biar lemaknya pada pergiiii... ;)
Nah ini yang terjadi dengan keponakanku mba, dia nggak mau makan tapi kalau camilan doyan dan buah juga masuk. Tapi tiap liat nasi susahnya banget. Kudu dirayu-rayu.
BalasHapusAku setuju banget sama yang disampaikan mbak Agi di tulisan ini. Pernah suatu kali ketemu tetangga yang anaknya seumuran Nimas waktu beli sayuran dan cerita kalo anaknya ga suka sayur. Ya gimana wong keluarganya ga mencontohkan anaknya untuk makan sayur jadi anaknya juga ikutan ga suka sayur. Alhamdulillah kalau Nimas tetep suka makan sayur dan buah walaupun kadang emang mamaknya ini kudu masaknya lebih variatif soalnya dia gampang bosen.
BalasHapusPandemi ini memamg imun menjadi penting banget untuk tetap.sehat dan tidak terpapar virus covid 19. Makan sehat, pola hidup sehat. Sayang aku kadang masih suka tergoda begadang huhuhu
BalasHapussilahkan kunjungi blog kami tyara-fash.blogspot.com,, kami menyediakan berbagai fashion terkini untuk wanita dan anak-anak
BalasHapussalah satu cara mengenalkan makanan baru ke anak salah satunya seperti di atas, saya coba eksplor apa yang bisa bikin anak tertarik dengan makanan baru tersebut. dan gizi seiimbang ini memang penting di masa pandemi.
BalasHapussaya mencoba membuat makanan kesukaan anak dan mengenalkan makanan baru pada anak
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus