Saya yakin disini pada jarang banget liat foto Pak Suami. Bukannya gimana sih, jujur aja walaupun kita kemana-mana bareng-bareng tapi kita jarang foto bareng. Maklum, takut di snapgram fans. Apa sih. Skip. Kali ini saya mau cerita soal Pak Suami dan segala hal yang dia suka, termasuk soal kebiasaan hidup sehat ala Pak Suami.
Apa, agi mau ikut hidup sehat!??? Iyah. Sungguh keajaiban kan. Demi cinta bok!
Photos by my talented photographer: Dimas Pradiantama
Banyak yang bertanya kenapa saya dan pak suami bisa selalu kompak. Well, sebenarnya saya dan pak suami itu adalah dua orang yang berbeda banget lho. Yang satu kurus jangkung kayak pohon kelapa yang satunya lagi udah bantet, bawel, suka marah-marah pula. Mungkin kalau bisa diibaratkan, hubungan kami ini kaya ayam sama kuda (apa hubungannya saya juga gak paham)
Yang jelas, hubungan kami nggak selalu sekompak sekarang. Awal-awal kenalan, kita semi-semi musuhan bahkan. Pak suami kan orangnya kaku, diem, mukanya serem udah gitu kurus banget padahal makannya banyak, saya kan sirik sementara saya....... orangnya rame, hobinya makan, murah senyum, tidak sombong, gemar menabung, ringan tangan dan seterusnya. Makanya kita sering banget ribut sendiri-sendiri gitu.
Ya gitu deh kalo terlalu benci sama orang, nanti lama-lama jadi cinta. Azhek.
Saya dan pak suami punya banyak perbedaan. Perbedaan paling utama dan yang jelas kelihatan adalah dari segi fisik. Tahukah kalian kalau foto-foto gemes saya dan pak suami yang ada di Instagram sudah didesign sedemikian rupa supaya ukuran tubuh kami kelihatannya sama? Aslinya hmmm kaya angka 10 tapi nol-nya bantet.
(pose andalan: jurus ngumpetin perut)
Belum lagi soal perbedaan-perbedaan lainnya, kalo soal ras dan golongan jelas beda (kelihatan kan ya?) tapi itu nggak perlu dibahas njuk ndak nanti postingannya jadi mellow, hahaha! Perbedaan kami juga masih banyak kok. Misalnya, Saya suka sepakbola, pak suami suka bola basket. Saya suka lele goreng, dia suka daging sapi. Saya anak IPS dia anak IPA. Saya tipe yang sosial banget, sementara pak suami cenderung loner dan lebih suka sendirian bersama alam.
Pak suami punya cita-cita mengajak saya naik gunung, rock climbing, arung jeram dan extreme sport lainnya yang melibatkan alam, saya punya cita-cita untuk tidak mewujudkan itu semua hahaha. Maklum, anaknya lebih suka concrete jungle ketimbang jungle beneran.
Perbedaan lainnya--dan ini yang paling penting--adalah pak suami itu hidupnya sehat. Dia bangunnya siang tapi terus lanjut olahraga sebelum berangkat kerja. Saya bangunnya pagi terus leyeh-leyeh, bales e-mail, terus tidur lagi. Dia sehari bisa makan buah entah berapa biji, saya prefer salad dengan banyak dressing kalo bisa isinya banyakan dagingnya daripada sayurnya. Iya hidup saya nggak sehat banget heuheu. Makanya saya bertekad setelah menikah saya mau ikut hidup sehatnya pak suami.
Jujur nih, awalnya saya nggak suka banget sama teh, apalagi teh hijau. Buat saya, teh hijau itu horor banget karena warnanya murky. Saya lebih suka minum kopi atau minuman bersoda di pagi hari, walaupun saya bakal tetep nemenin pak Suami minum teh juga sih.
Tapi ya tapi, namanya orang ngeliatin kan lama-lama penasaran ya, ini teh apa sih? rasanya gimana sih? kok kamu bisa suka? kok wangi sih?
Akhirnya saya cicip lah segelas teh hijau itu... dan ternyata rasanya... enak juga! Nggak kayak yang saya bayangkan selama ini, ternyata teh hijau itu seger ya!
Teh hijau favorit saya dan pak suami itu merknya Teh Hijau Kepala Djenggot. Ini merk teh hijau paling ngehits se-Indonesia raya sih. Jujur aja nih ya, saya sering lihat si Teh Hijau ini di rumah saya, rumah temen saya, rumah kakak saya, dan rumah-rumah lainnya tapi nggak pernah sadar kalau itu merknya Kepala Djenggot. Pokoknya Teh hijau yang kotaknya hijau dan baunya wangi itu, titik!
Kebiasaan Pak Suami ngeteh dengan teh hijau itu mungkin diturunkan dari leluhurnya yang berasal dari negara matahari terbit, pokoknya dikit-dikit teh hijau, dikit-dikit teh hijau. Emang sih kelihatan banget jadinya kalau Pak Suami itu orangnya tidak gampang sakit, terus pencernaannya juga bagus, dan kelihatan awet muda meskipun usianya sudah... ya udah nggak usah dibahas soal umurnya heuheu.
Jadi, akhirnya saya ketularan minum Teh Hijau Kepala Djenggot tiap pagi. Apalagi kalau minumnya sambil menikmati suasana pagi hari di rumah sebelum semuanya berubah menjadi hectic karena kita harus berangkat kerja masing-masing. Ini yang bikin kegiatan minum teh hijau itu menenangkan batin dan pikiran banget--padahal ini kan sebenarnya yang paling penting ya? Kalau batin kita tenang, jiwa kita selaras dengan alam, pasti hidup kita juga jadi sehat!
Semua perbedaan kami yang ajaib-ajaib itu biasanya kami selesaikan di pagi hari sambil ngeteh bersama. Enak kan, masih pagi, masih seger, ngelarin semua permasalahan yang ada seputar rumah tangga sambil menikmati suasana pagi dan minum teh hijau yang segar?
Intinya nih ya, semua perbedaan itu ada untuk menyatukan kita. Kalau semua orang sama mah nantinya nggak seru dong kehidupan? Ya kan? Ya kan? Ya kaaaaan??
Makanya pilihan #Sehatea saya (dan pak suami) ada di Teh Hijau Kepala Djenggot! Selain bisa menjaga kesehatan jiwa dan raga, rasanya juga enak dan harganya nggak bikin kantong kering, heuheu. Udah Sehat, bikin kita jadi sehati pula hehehe.
Kalau kamu punya momen #Sehatea juga dengan orang terdekat kamu, boleh banget langsung share pengalaman kamu di kolom comment di bawah ya!
See you next time!
Saya yakin disini pada jarang banget liat foto Pak Suami. Bukannya gimana sih, jujur aja walaupun kita kemana-mana bareng-bareng tapi kita jarang foto bareng. Maklum, takut di snapgram fans. Apa sih. Skip. Kali ini saya mau cerita soal Pak Suami dan segala hal yang dia suka, termasuk soal kebiasaan hidup sehat ala Pak Suami.
Apa, agi mau ikut hidup sehat!??? Iyah. Sungguh keajaiban kan. Demi cinta bok!
Photos by my talented photographer: Dimas Pradiantama
Banyak yang bertanya kenapa saya dan pak suami bisa selalu kompak. Well, sebenarnya saya dan pak suami itu adalah dua orang yang berbeda banget lho. Yang satu kurus jangkung kayak pohon kelapa yang satunya lagi udah bantet, bawel, suka marah-marah pula. Mungkin kalau bisa diibaratkan, hubungan kami ini kaya ayam sama kuda (apa hubungannya saya juga gak paham)
Yang jelas, hubungan kami nggak selalu sekompak sekarang. Awal-awal kenalan, kita semi-semi musuhan bahkan. Pak suami kan orangnya kaku, diem, mukanya serem udah gitu kurus banget padahal makannya banyak, saya kan sirik sementara saya....... orangnya rame, hobinya makan, murah senyum, tidak sombong, gemar menabung, ringan tangan dan seterusnya. Makanya kita sering banget ribut sendiri-sendiri gitu.
Ya gitu deh kalo terlalu benci sama orang, nanti lama-lama jadi cinta. Azhek.
Saya dan pak suami punya banyak perbedaan. Perbedaan paling utama dan yang jelas kelihatan adalah dari segi fisik. Tahukah kalian kalau foto-foto gemes saya dan pak suami yang ada di Instagram sudah didesign sedemikian rupa supaya ukuran tubuh kami kelihatannya sama? Aslinya hmmm kaya angka 10 tapi nol-nya bantet.
(pose andalan: jurus ngumpetin perut)
Belum lagi soal perbedaan-perbedaan lainnya, kalo soal ras dan golongan jelas beda (kelihatan kan ya?) tapi itu nggak perlu dibahas njuk ndak nanti postingannya jadi mellow, hahaha! Perbedaan kami juga masih banyak kok. Misalnya, Saya suka sepakbola, pak suami suka bola basket. Saya suka lele goreng, dia suka daging sapi. Saya anak IPS dia anak IPA. Saya tipe yang sosial banget, sementara pak suami cenderung loner dan lebih suka sendirian bersama alam.
Pak suami punya cita-cita mengajak saya naik gunung, rock climbing, arung jeram dan extreme sport lainnya yang melibatkan alam, saya punya cita-cita untuk tidak mewujudkan itu semua hahaha. Maklum, anaknya lebih suka concrete jungle ketimbang jungle beneran.
Perbedaan lainnya--dan ini yang paling penting--adalah pak suami itu hidupnya sehat. Dia bangunnya siang tapi terus lanjut olahraga sebelum berangkat kerja. Saya bangunnya pagi terus leyeh-leyeh, bales e-mail, terus tidur lagi. Dia sehari bisa makan buah entah berapa biji, saya prefer salad dengan banyak dressing kalo bisa isinya banyakan dagingnya daripada sayurnya. Iya hidup saya nggak sehat banget heuheu. Makanya saya bertekad setelah menikah saya mau ikut hidup sehatnya pak suami.
Jujur nih, awalnya saya nggak suka banget sama teh, apalagi teh hijau. Buat saya, teh hijau itu horor banget karena warnanya murky. Saya lebih suka minum kopi atau minuman bersoda di pagi hari, walaupun saya bakal tetep nemenin pak Suami minum teh juga sih.
Tapi ya tapi, namanya orang ngeliatin kan lama-lama penasaran ya, ini teh apa sih? rasanya gimana sih? kok kamu bisa suka? kok wangi sih?
Akhirnya saya cicip lah segelas teh hijau itu... dan ternyata rasanya... enak juga! Nggak kayak yang saya bayangkan selama ini, ternyata teh hijau itu seger ya!
Teh hijau favorit saya dan pak suami itu merknya Teh Hijau Kepala Djenggot. Ini merk teh hijau paling ngehits se-Indonesia raya sih. Jujur aja nih ya, saya sering lihat si Teh Hijau ini di rumah saya, rumah temen saya, rumah kakak saya, dan rumah-rumah lainnya tapi nggak pernah sadar kalau itu merknya Kepala Djenggot. Pokoknya Teh hijau yang kotaknya hijau dan baunya wangi itu, titik!
Kebiasaan Pak Suami ngeteh dengan teh hijau itu mungkin diturunkan dari leluhurnya yang berasal dari negara matahari terbit, pokoknya dikit-dikit teh hijau, dikit-dikit teh hijau. Emang sih kelihatan banget jadinya kalau Pak Suami itu orangnya tidak gampang sakit, terus pencernaannya juga bagus, dan kelihatan awet muda meskipun usianya sudah... ya udah nggak usah dibahas soal umurnya heuheu.
Jadi, akhirnya saya ketularan minum Teh Hijau Kepala Djenggot tiap pagi. Apalagi kalau minumnya sambil menikmati suasana pagi hari di rumah sebelum semuanya berubah menjadi hectic karena kita harus berangkat kerja masing-masing. Ini yang bikin kegiatan minum teh hijau itu menenangkan batin dan pikiran banget--padahal ini kan sebenarnya yang paling penting ya? Kalau batin kita tenang, jiwa kita selaras dengan alam, pasti hidup kita juga jadi sehat!
Semua perbedaan kami yang ajaib-ajaib itu biasanya kami selesaikan di pagi hari sambil ngeteh bersama. Enak kan, masih pagi, masih seger, ngelarin semua permasalahan yang ada seputar rumah tangga sambil menikmati suasana pagi dan minum teh hijau yang segar?
Intinya nih ya, semua perbedaan itu ada untuk menyatukan kita. Kalau semua orang sama mah nantinya nggak seru dong kehidupan? Ya kan? Ya kan? Ya kaaaaan??
Makanya pilihan #Sehatea saya (dan pak suami) ada di Teh Hijau Kepala Djenggot! Selain bisa menjaga kesehatan jiwa dan raga, rasanya juga enak dan harganya nggak bikin kantong kering, heuheu. Udah Sehat, bikin kita jadi sehati pula hehehe.
Kalau kamu punya momen #Sehatea juga dengan orang terdekat kamu, boleh banget langsung share pengalaman kamu di kolom comment di bawah ya!
See you next time!
Jumat, 23 Juni 2017
.
love & relationship /
photolog /
review
.
Wah iya baru lihat Mba Agi foto dengan suami. Teh hijau mah enak. Walau saya kalau bikin mesti dicampur dengan susu atau dikasih gula yang banyak, haha... Moga kegiatan minum teh tiap pagi jadi salah satu yang bikin langgeng juga ya, Mba. Amien...
BalasHapusDuh teh kita sama, kegiatannya juga sama, tapi ... aku minumnya masih sendiri huhuhu *curhat.
BalasHapusSering denger khasiat teh hijau tapi aku sendiri belum nyoba. Mungkin gara2 belum ada yg ngajakin sehatea kayak mbak agi gini ya.. *eh
BalasHapus