Siapa disini yang pekerja freelance a.k.a freelance worker a.k.a freelancer??? *kemudian acung-acung jari sendiri*
Kalau dipikir-pikir, tahun ini akan jadi tahun ketiga saya freelancing. Tahun 2014 saya freelancing karena mau fokus skripsi dan kebelet lulus, tahun 2015 saya mulai kuliah S2 dan ngga punya waktu buat fulltime jobs, tahun 2016 saya nikah dan masih S2, sekarang tahun 2017, hopefully, akan jadi tahun terakhir saya wara-wiri freelance disana-sini. Pengen settle down juga bok!
Iya sih, kalo diliat-liat emang freelance itu enak banget. Jam kerjanya fleksibel, bisa kerja dari mana aja (termasuk dari rumah and with pajamas!) dan yang paling penting, if you work for the right person in the right field, you earned shitload of money. Ya, yang terakhir itu subyektif sih, soalnya banyak juga job yang tidak 'menghasilkan' tapi tetep saya ambil karena fun!
Nah, sekarang gimana sih rasanya menjadi seorang freelance worker? Hmmm, rasanya creamy creamy gitchuuh cape bok! Apalagi kalo tipenya kaya saya, yang lebih suka kerjaan yang jelas jam kerjanya, harus kemana dan harus ngapain. Tapi enaknya sih kalo freelance itu ya, selain bisa 'multitasking' dengan lebih leluasa, juga saya bisa punya lebih banyak 'inisiatif' sendiri harus ngapain, gituuu...
Cuma, pertama-tamanya sih saya juga clueless harus ngapain. Sebagai freelancer yang dulunya kerja 9 to 5, jelas ngga ada lagi bagian akunting yang bakal ngurusin slip gaji, slip pajak dan sebagainya atau bagian HRD yang bakal merong-merong kalo kita kebanyakan telat dateng ke kantor, dan lain-lain. Nah, kali ini, saya akan share tips and trick untuk jadi freelancer jempolan (seperti akuh!) so you don't have to deal with the shit(s) i'm going through in my earlier days.
1. Keep Track of Your Invoice!
This is like, the most important advice of all time. Really. You will thank me later.
Masih ingat di postingan ini kita bicara soal mengontrol isi dompet? Kali ini saya akan menunjukkan kegunaan 'kontrol' isi dompet di dunia freelance.
Dari tadi saya udah bilang kan kalo kehidupan freelancer itu penuh dengan kemandirian? Nah, soal invoice-invoice ini, bukan berarti terus kalo udah dikirim ke klien dan dibayar berarti urusan kelar begitu aja dong?
Urusan invoice ini bukan hanya sekadar untuk tracking udah dibayar atau nggak, tapi juga untuk mengetahui apakah kita sudah punya uang yang cukup untuk bertahan hidup, penghasilan rata-rata sebulan berapa dan sebagainya. Bahkan, invoice ini juga penting untuk kepentingan perpajakan. Detilnya nggak saya bahas disini ya, karena kalo mau bahas soal pajak, bisa sampe besok pagi saya jelasinnya disini (buat yang mau aku bahas soal pajak ini, komen ya!)
Aku personally punya dua folder khusus yaitu folder invoice yang sudah dibayar dan yang belum. Tujuannya sih untuk memudahkan pembukuan, jadi kalo ada klien yang ngga bayar-bayar ya langsung ketahuan. Pembukuan lebih gampang kalo udah tahu berapa jumlah uang yang masuk ke kita dan dari mana aja, jadi nggak ada lagi tuh alasan "kok saya udah dibayar tapi duit segini-gini aja ya?" atau "duh lupa yang itu udah dibayar apa belom" tiap kali keabisan duit.
Urusan invoice ini bukan hanya sekadar untuk tracking udah dibayar atau nggak, tapi juga untuk mengetahui apakah kita sudah punya uang yang cukup untuk bertahan hidup, penghasilan rata-rata sebulan berapa dan sebagainya. Bahkan, invoice ini juga penting untuk kepentingan perpajakan. Detilnya nggak saya bahas disini ya, karena kalo mau bahas soal pajak, bisa sampe besok pagi saya jelasinnya disini (buat yang mau aku bahas soal pajak ini, komen ya!)
Aku personally punya dua folder khusus yaitu folder invoice yang sudah dibayar dan yang belum. Tujuannya sih untuk memudahkan pembukuan, jadi kalo ada klien yang ngga bayar-bayar ya langsung ketahuan. Pembukuan lebih gampang kalo udah tahu berapa jumlah uang yang masuk ke kita dan dari mana aja, jadi nggak ada lagi tuh alasan "kok saya udah dibayar tapi duit segini-gini aja ya?" atau "duh lupa yang itu udah dibayar apa belom" tiap kali keabisan duit.
2. Di Dunia Ini, Ada Orang Yang Perlu Di-Blacklist
Saya pernah mem-blacklist klien.
Serem banget ya judulnya? Nggak, nggak, sejauh ini hubungan saya dengan klien-klien saya baik-baik aja kok, bahkan sama yang saya blacklist. Paling kalo mereka e-mail atau whatsapp saya cuekin aja.
Kenapa bisa sampe blacklist?? Well biasanya klien yang saya blacklist terdiri dari dua tipe yaitu: a) yang suka default pembayaran sampe god knows when, dan b) yang misoginis dan SARA.
Wajar nggak sih kalo kita blacklist klien yang udah hobi nya nge-default pembayaran alias ngga bayar-bayar meskipun udah ditagih berkali-kali? Saya rasa wajar dan ngga perlu dijelasin ya. Kita kan punya hubungan sama klien itu hubungan saling membutuhkan, jadi kita itu partner mereka. Kerjasama dan hubungan yang baik dengan klien itu penting banget bagi saya, jadi ya saya sebisa mungkin mengakomodir kebutuhan klien.
Kalo kriteria blacklist saya yang terakhir itu lebih karena beberapa pengalaman pribadi yang nggak menyenangkan aja sih. Kebanyakan freelance job yang saya ambil memang didominasi sama laki-laki, jadi kalo cuma sekedar diremehin mah biasa, tapi kalo sudah sampe dilecehkan, wah itu lain perkara!
Buat saya, walaupun saya freelancer, saya juga berhak atas lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Kalo lingkungan kerja udah melecehkan saya dari segi gender atau ras (such as nyolek-nyolek saya sembarangan atau berusaha making sexual advances dengan cara-cara merendahkan) jelas saya blacklist! Rejeki udah ada yang ngatur bos!
3. Keep Up with The Newest Trends and News!
Ini penting. Saya mau emphasis di bidang Trends.
Seorang freelancer harus bisa update akan tools tools yang akan memudahkan dirinya untuk bekerja. Lebih gampangnya: harus bisa menerima perubahan teknologi. Saya termasuk orang yang terlambat belajar soal adobe illustrator, tapi saya berusaha keep up sama cara-cara dan trik-trik baru di adobe illustrator yang akan memudahkan pekerjaan saya, karena saya tahu kalo kalo nanti ada job, kerjaan saya bakal lebih gampang.
Ngikutin berita juga penting buat tambah-tambah wawasan. Gunanya? Bisa buat small talk, bisa untuk nentuin dan milih kalimat yang tepat untuk ngobrol sama klien yang punya preferensi politik yang beda sama kita--secara hari gini, beda pilihan gubernur aja bisa bikin ribut bok!
Dengan updatenya kita terhadap perkembangan lingkungan dan dunia di sekeliling kita, kita jadi lebih bisa untuk ngasi masukan ini dan itu ke klien dan partner, terutama yang sesuai dengan best interest si klien (masalah mau dipake apa ngga sarannya itu urusan belakangan). Inget, hari gini, informasi itu komoditas yang paling krusial!
4. ALWAYS Read Your Contract!!!
Saran yang ini nggak semata-mata muncul karena saya calon lawyer (yang belum berhasil, tentu saja) tapi juga muncul dari cerita teman-teman sesama freelancer. Bukan cuma sekali duakali teman-teman freelancer melontarkan cerita-cerita semacam ini:
"gue baru sadar di kontraknya bilang bayaran turun 30 hari sesudah project! mati dong gue mau makan apa!?"atau:
"duh kontrak gue ternyata bilang kalo gue back-out sekarang gue harus bayar fee!!"atau:
"ternyata di kontrak gue ada job desc lain selain yang udah kita omongin! Kesel gak sih?"
Dan hal-hal lain semacam itulah yang ada sangkut pautnya sama kontrak. Jadi, kalo kita disodorin kontrak dan disuruh tanda tangan, plis, plis banget, tolong dibaca atau at least minta dibacain isinya apa-apa aja. Know what you signed up for, tahu apa yang kamu tanda-tanganin itu apa, karena semua berkaitan sama tanggung jawab kamu, jangan sampe kamu nyesel belakangan ya!
5. Clear Workspace = Clear Mind
Yang satu ini soal disiplin terhadap diri sendiri sih.
Bukan rahasia lagi kalo banyak freelancer yang cenderung meremehkan kekuatan tempat kerja yang proper dan rapi karena... ya, kerjanya bisa dari mana aja. Di rumah kerjaannya busuk, ya pindah ke kafe. Kafenya busuk (atau udah diliatin waiter karena pesen kopi satu tapi nongkrong sampe 12 jam lebih), pindah tempat lain lagi. Gitu terus sampe gorila gantiin macan jadi ikon biskuat.
Sejatinya *ceileh*, mood bekerja itu emang ditentukan dari lingkungan sekitar kok. Saya sendiri juga sering 'kabur' dari workspace dirumah kalo udah mulai berantakan, tapi coba deh, kalo kita bisa kerja dari rumah tanpa ngeluarin uang bensin, uang kopi dan uang lain-lain, why bother moving around?
Makanya, perlakukanlah tempat kita kerja dengan sebaik mungkin. Sering-sering rapiin tempat kerja itu perlu, tapi ya bukan berarti terus kita seenak-enak udel gitu bersih-bersih sampe kelewatan deadline. Itu mah bukan beres-beres tapi procrastinating!
And there goes my next point...
6. Procrastinate adalah Nama Lain Dari Buang-Duit
Teruntuk sahabat-sahabatku yang baru keluar kemampuan ajaibnya menjelang deadline,
Coba renungi berapa banyak duit yang terbuang sia-sia saat kita buang waktu di satu project padahal kita bisa abisin duit (dan waktu!) itu untuk project lain atau untuk ikut workshop dan les-les apa gitu. Les menjahit misalnya kan, mana tau. Atau masukin proposal ke klien lain. Atau cari-cari project lain yang lebih menguntungkan.
Jadi berhentilah mengerjakan sesuatu mepet-mepet deadline! Kecuali deadline nya emang mepet sih, itu lain cerita.
7. Kejar Target Itu Penting!
You are your own worst enemy. Kamu adalah musuh terbesar dari dirimu sendiri.
Kenapa bisa gitu? Karena ya emang gitu. Kadang nih, kita terlalu berleha-leha dengan kerjaan kita dan sidejob sidejob nggak penting lainnya yang nggak menghasilkan uang. Akhirnya, kita cenderung menyalahkan orang lain (dan keadaan) kalo misalnya kita sepi job dan sebagainya.
Jadi, aktiflah, jemput bola lah dan istilah-istilah lainnya yang sejenis, karena penting banget bagi kita untuk bisa mencapai target-target dalam hidup kita. target disini tidak selalu berarti materi, tapi bisa juga kesempurnaan karya dan lain sebagainya. Tapi jangan sampe karena kejar target terus kita berubah jadi monster yang ngga mikirin orang lain atau mikirin klien ya!
8. Kesehatan Jiwa Diatas Kesehatan Dompet
Ini adalah moto hidup saya sejak tahun 2014. Moto hidup yang tidak bermutu ini muncul karena kecenderungan kerja saya yang gila-gilaan. Jadi, saya kalau udah kerja itu nggak peduli hujan badai, gempa bumi, gunung meletus pun biasanya saya tetep hajar wae.
Nah, sebenarnya kebiasaan workaholic ini punya dampak negatif yaitu saya jadi gampang stress. Kadang sih, masalah-masalah kantor suka kebawa sampe rumah--untung dulu saya tinggal sendirian. Jadi saya betenya itu sampe mana-mana padahal sebenernya saya kurang piknik aja gitu.
Makanya, sebagai freelancer kita emang gak punya hari libur, tapi bukan berarti kita nggak berhak liburan. Ya boleh dong sekali-kali kita manjain diri sendiri? Emang sih kesannya kaya buang-buat hard earned money, tapi menurut saya buang-buang duit itu perlu juga kadang-kadang. Apalagi kalo lagi stress.
Sekarang gini deh, kita kerja banting tulang siang malam 24 jam sehari, masa ga berhak nikmatin hasil kerja sendiri? Yang ada malah kita jadi stress dan nyalah-nyalahin orang lain yang jadi tanggungan kita. Kalo gitu terus bisa gila kita lama-lama, dan kalo gila, lama-lama makin ngga bisa kerja dong kita!
Makanya, kalo mau hasil kerja yang optimal ya jiwa kita harus kuat juga. Kalo jiwa kita lelah ya bubar jaya dong hasil kerja kita?
***
Ya namanya juga cari duit, butuh pengorbanan dan kerja keras. Buat kalian yang masih freelance sana sini (termasuk akyuh), tetap semangat, tetap berjuang. Ingat hasil itu tidak akan pernah mengkhianati usahanya. Pokoknya sing penting maju terus pantang munduuuurrrr!!!!
Siapa disini yang pekerja freelance a.k.a freelance worker a.k.a freelancer??? *kemudian acung-acung jari sendiri*
Kalau dipikir-pikir, tahun ini akan jadi tahun ketiga saya freelancing. Tahun 2014 saya freelancing karena mau fokus skripsi dan kebelet lulus, tahun 2015 saya mulai kuliah S2 dan ngga punya waktu buat fulltime jobs, tahun 2016 saya nikah dan masih S2, sekarang tahun 2017, hopefully, akan jadi tahun terakhir saya wara-wiri freelance disana-sini. Pengen settle down juga bok!
Iya sih, kalo diliat-liat emang freelance itu enak banget. Jam kerjanya fleksibel, bisa kerja dari mana aja (termasuk dari rumah and with pajamas!) dan yang paling penting, if you work for the right person in the right field, you earned shitload of money. Ya, yang terakhir itu subyektif sih, soalnya banyak juga job yang tidak 'menghasilkan' tapi tetep saya ambil karena fun!
Nah, sekarang gimana sih rasanya menjadi seorang freelance worker? Hmmm, rasanya creamy creamy gitchuuh cape bok! Apalagi kalo tipenya kaya saya, yang lebih suka kerjaan yang jelas jam kerjanya, harus kemana dan harus ngapain. Tapi enaknya sih kalo freelance itu ya, selain bisa 'multitasking' dengan lebih leluasa, juga saya bisa punya lebih banyak 'inisiatif' sendiri harus ngapain, gituuu...
Cuma, pertama-tamanya sih saya juga clueless harus ngapain. Sebagai freelancer yang dulunya kerja 9 to 5, jelas ngga ada lagi bagian akunting yang bakal ngurusin slip gaji, slip pajak dan sebagainya atau bagian HRD yang bakal merong-merong kalo kita kebanyakan telat dateng ke kantor, dan lain-lain. Nah, kali ini, saya akan share tips and trick untuk jadi freelancer jempolan (seperti akuh!) so you don't have to deal with the shit(s) i'm going through in my earlier days.
1. Keep Track of Your Invoice!
This is like, the most important advice of all time. Really. You will thank me later.
Masih ingat di postingan ini kita bicara soal mengontrol isi dompet? Kali ini saya akan menunjukkan kegunaan 'kontrol' isi dompet di dunia freelance.
Dari tadi saya udah bilang kan kalo kehidupan freelancer itu penuh dengan kemandirian? Nah, soal invoice-invoice ini, bukan berarti terus kalo udah dikirim ke klien dan dibayar berarti urusan kelar begitu aja dong?
Urusan invoice ini bukan hanya sekadar untuk tracking udah dibayar atau nggak, tapi juga untuk mengetahui apakah kita sudah punya uang yang cukup untuk bertahan hidup, penghasilan rata-rata sebulan berapa dan sebagainya. Bahkan, invoice ini juga penting untuk kepentingan perpajakan. Detilnya nggak saya bahas disini ya, karena kalo mau bahas soal pajak, bisa sampe besok pagi saya jelasinnya disini (buat yang mau aku bahas soal pajak ini, komen ya!)
Aku personally punya dua folder khusus yaitu folder invoice yang sudah dibayar dan yang belum. Tujuannya sih untuk memudahkan pembukuan, jadi kalo ada klien yang ngga bayar-bayar ya langsung ketahuan. Pembukuan lebih gampang kalo udah tahu berapa jumlah uang yang masuk ke kita dan dari mana aja, jadi nggak ada lagi tuh alasan "kok saya udah dibayar tapi duit segini-gini aja ya?" atau "duh lupa yang itu udah dibayar apa belom" tiap kali keabisan duit.
Urusan invoice ini bukan hanya sekadar untuk tracking udah dibayar atau nggak, tapi juga untuk mengetahui apakah kita sudah punya uang yang cukup untuk bertahan hidup, penghasilan rata-rata sebulan berapa dan sebagainya. Bahkan, invoice ini juga penting untuk kepentingan perpajakan. Detilnya nggak saya bahas disini ya, karena kalo mau bahas soal pajak, bisa sampe besok pagi saya jelasinnya disini (buat yang mau aku bahas soal pajak ini, komen ya!)
Aku personally punya dua folder khusus yaitu folder invoice yang sudah dibayar dan yang belum. Tujuannya sih untuk memudahkan pembukuan, jadi kalo ada klien yang ngga bayar-bayar ya langsung ketahuan. Pembukuan lebih gampang kalo udah tahu berapa jumlah uang yang masuk ke kita dan dari mana aja, jadi nggak ada lagi tuh alasan "kok saya udah dibayar tapi duit segini-gini aja ya?" atau "duh lupa yang itu udah dibayar apa belom" tiap kali keabisan duit.
2. Di Dunia Ini, Ada Orang Yang Perlu Di-Blacklist
Saya pernah mem-blacklist klien.
Serem banget ya judulnya? Nggak, nggak, sejauh ini hubungan saya dengan klien-klien saya baik-baik aja kok, bahkan sama yang saya blacklist. Paling kalo mereka e-mail atau whatsapp saya cuekin aja.
Kenapa bisa sampe blacklist?? Well biasanya klien yang saya blacklist terdiri dari dua tipe yaitu: a) yang suka default pembayaran sampe god knows when, dan b) yang misoginis dan SARA.
Wajar nggak sih kalo kita blacklist klien yang udah hobi nya nge-default pembayaran alias ngga bayar-bayar meskipun udah ditagih berkali-kali? Saya rasa wajar dan ngga perlu dijelasin ya. Kita kan punya hubungan sama klien itu hubungan saling membutuhkan, jadi kita itu partner mereka. Kerjasama dan hubungan yang baik dengan klien itu penting banget bagi saya, jadi ya saya sebisa mungkin mengakomodir kebutuhan klien.
Kalo kriteria blacklist saya yang terakhir itu lebih karena beberapa pengalaman pribadi yang nggak menyenangkan aja sih. Kebanyakan freelance job yang saya ambil memang didominasi sama laki-laki, jadi kalo cuma sekedar diremehin mah biasa, tapi kalo sudah sampe dilecehkan, wah itu lain perkara!
Buat saya, walaupun saya freelancer, saya juga berhak atas lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Kalo lingkungan kerja udah melecehkan saya dari segi gender atau ras (such as nyolek-nyolek saya sembarangan atau berusaha making sexual advances dengan cara-cara merendahkan) jelas saya blacklist! Rejeki udah ada yang ngatur bos!
3. Keep Up with The Newest Trends and News!
Ini penting. Saya mau emphasis di bidang Trends.
Seorang freelancer harus bisa update akan tools tools yang akan memudahkan dirinya untuk bekerja. Lebih gampangnya: harus bisa menerima perubahan teknologi. Saya termasuk orang yang terlambat belajar soal adobe illustrator, tapi saya berusaha keep up sama cara-cara dan trik-trik baru di adobe illustrator yang akan memudahkan pekerjaan saya, karena saya tahu kalo kalo nanti ada job, kerjaan saya bakal lebih gampang.
Ngikutin berita juga penting buat tambah-tambah wawasan. Gunanya? Bisa buat small talk, bisa untuk nentuin dan milih kalimat yang tepat untuk ngobrol sama klien yang punya preferensi politik yang beda sama kita--secara hari gini, beda pilihan gubernur aja bisa bikin ribut bok!
Dengan updatenya kita terhadap perkembangan lingkungan dan dunia di sekeliling kita, kita jadi lebih bisa untuk ngasi masukan ini dan itu ke klien dan partner, terutama yang sesuai dengan best interest si klien (masalah mau dipake apa ngga sarannya itu urusan belakangan). Inget, hari gini, informasi itu komoditas yang paling krusial!
4. ALWAYS Read Your Contract!!!
Saran yang ini nggak semata-mata muncul karena saya calon lawyer (yang belum berhasil, tentu saja) tapi juga muncul dari cerita teman-teman sesama freelancer. Bukan cuma sekali duakali teman-teman freelancer melontarkan cerita-cerita semacam ini:
"gue baru sadar di kontraknya bilang bayaran turun 30 hari sesudah project! mati dong gue mau makan apa!?"atau:
"duh kontrak gue ternyata bilang kalo gue back-out sekarang gue harus bayar fee!!"atau:
"ternyata di kontrak gue ada job desc lain selain yang udah kita omongin! Kesel gak sih?"
Dan hal-hal lain semacam itulah yang ada sangkut pautnya sama kontrak. Jadi, kalo kita disodorin kontrak dan disuruh tanda tangan, plis, plis banget, tolong dibaca atau at least minta dibacain isinya apa-apa aja. Know what you signed up for, tahu apa yang kamu tanda-tanganin itu apa, karena semua berkaitan sama tanggung jawab kamu, jangan sampe kamu nyesel belakangan ya!
5. Clear Workspace = Clear Mind
Yang satu ini soal disiplin terhadap diri sendiri sih.
Bukan rahasia lagi kalo banyak freelancer yang cenderung meremehkan kekuatan tempat kerja yang proper dan rapi karena... ya, kerjanya bisa dari mana aja. Di rumah kerjaannya busuk, ya pindah ke kafe. Kafenya busuk (atau udah diliatin waiter karena pesen kopi satu tapi nongkrong sampe 12 jam lebih), pindah tempat lain lagi. Gitu terus sampe gorila gantiin macan jadi ikon biskuat.
Sejatinya *ceileh*, mood bekerja itu emang ditentukan dari lingkungan sekitar kok. Saya sendiri juga sering 'kabur' dari workspace dirumah kalo udah mulai berantakan, tapi coba deh, kalo kita bisa kerja dari rumah tanpa ngeluarin uang bensin, uang kopi dan uang lain-lain, why bother moving around?
Makanya, perlakukanlah tempat kita kerja dengan sebaik mungkin. Sering-sering rapiin tempat kerja itu perlu, tapi ya bukan berarti terus kita seenak-enak udel gitu bersih-bersih sampe kelewatan deadline. Itu mah bukan beres-beres tapi procrastinating!
And there goes my next point...
6. Procrastinate adalah Nama Lain Dari Buang-Duit
Teruntuk sahabat-sahabatku yang baru keluar kemampuan ajaibnya menjelang deadline,
Coba renungi berapa banyak duit yang terbuang sia-sia saat kita buang waktu di satu project padahal kita bisa abisin duit (dan waktu!) itu untuk project lain atau untuk ikut workshop dan les-les apa gitu. Les menjahit misalnya kan, mana tau. Atau masukin proposal ke klien lain. Atau cari-cari project lain yang lebih menguntungkan.
Jadi berhentilah mengerjakan sesuatu mepet-mepet deadline! Kecuali deadline nya emang mepet sih, itu lain cerita.
7. Kejar Target Itu Penting!
You are your own worst enemy. Kamu adalah musuh terbesar dari dirimu sendiri.
Kenapa bisa gitu? Karena ya emang gitu. Kadang nih, kita terlalu berleha-leha dengan kerjaan kita dan sidejob sidejob nggak penting lainnya yang nggak menghasilkan uang. Akhirnya, kita cenderung menyalahkan orang lain (dan keadaan) kalo misalnya kita sepi job dan sebagainya.
Jadi, aktiflah, jemput bola lah dan istilah-istilah lainnya yang sejenis, karena penting banget bagi kita untuk bisa mencapai target-target dalam hidup kita. target disini tidak selalu berarti materi, tapi bisa juga kesempurnaan karya dan lain sebagainya. Tapi jangan sampe karena kejar target terus kita berubah jadi monster yang ngga mikirin orang lain atau mikirin klien ya!
8. Kesehatan Jiwa Diatas Kesehatan Dompet
Ini adalah moto hidup saya sejak tahun 2014. Moto hidup yang tidak bermutu ini muncul karena kecenderungan kerja saya yang gila-gilaan. Jadi, saya kalau udah kerja itu nggak peduli hujan badai, gempa bumi, gunung meletus pun biasanya saya tetep hajar wae.
Nah, sebenarnya kebiasaan workaholic ini punya dampak negatif yaitu saya jadi gampang stress. Kadang sih, masalah-masalah kantor suka kebawa sampe rumah--untung dulu saya tinggal sendirian. Jadi saya betenya itu sampe mana-mana padahal sebenernya saya kurang piknik aja gitu.
Makanya, sebagai freelancer kita emang gak punya hari libur, tapi bukan berarti kita nggak berhak liburan. Ya boleh dong sekali-kali kita manjain diri sendiri? Emang sih kesannya kaya buang-buat hard earned money, tapi menurut saya buang-buang duit itu perlu juga kadang-kadang. Apalagi kalo lagi stress.
Sekarang gini deh, kita kerja banting tulang siang malam 24 jam sehari, masa ga berhak nikmatin hasil kerja sendiri? Yang ada malah kita jadi stress dan nyalah-nyalahin orang lain yang jadi tanggungan kita. Kalo gitu terus bisa gila kita lama-lama, dan kalo gila, lama-lama makin ngga bisa kerja dong kita!
Makanya, kalo mau hasil kerja yang optimal ya jiwa kita harus kuat juga. Kalo jiwa kita lelah ya bubar jaya dong hasil kerja kita?
***
Ya namanya juga cari duit, butuh pengorbanan dan kerja keras. Buat kalian yang masih freelance sana sini (termasuk akyuh), tetap semangat, tetap berjuang. Ingat hasil itu tidak akan pernah mengkhianati usahanya. Pokoknya sing penting maju terus pantang munduuuurrrr!!!!
.
Nah iya tuh kebiasaan baca T&C daftar sosmed langsung diskip eh kontrak juga diskip. Jangan sampe deh :"")
BalasHapusnah iya, spesial tuh buat orang-orang yang kalo ada pendaftaran buat beauty blogger masukinnya culinary blog... ya gak lolos 'uji kompetensi' lah hahhahaha.
HapusWeuw, saya baru kali ini main ke sini mbak. Salam kenal :) Saya freelance juga. Iya... Menunda itu menghilangkan uang. Cuma, kadang susah punya komitmen ke diri sendiri. Dan untuk cermati surat kontrak aku jarang pake surat kontak malah. lebih banyak berdasar percaya aja.
BalasHapushalo! salam kenal dan salam freelance! (nggak ada ya jargon kaya gini di dunia freelance? hahaha)
Hapushari gini ati ati dengan kepercayaan karena duit nggak mengenal sodara, udah banyak juga kok agency yang pake kontrak hihihi. kalo agency nya ngga nyiapin kontrak biasanya eike siapin sendiri. biar ada bukti aja kalo kalo suatu hari nggak dibayar ;)
Setujuuu... Btw tulisannya ringan dan menarik, tq for sharing. Salam kenal dan salam freelancer juga. Hihihi
HapusPoint terakhir itu betul banget tu Mba. Kadang kita bisa lupa diri kalau kerja freelance kayak gini, padahal apa salahnya kita berleha-leha untuk menikmatin hasil kerjakan! Tapi, ya, jangan sampai sakit dompet juga kan! Terima kasih infonya Mba.
BalasHapusbetul sekali! kehidupan itu begitu melelahkan mbak, saking lelahnya kadang-kadang kita jadi pegel-pegel #iniapa
Hapusnggak sempet liburan? bisa pijet refleksi. lumayan buat ngilangin stress kan? kalo pengen spa, di blog saya juga ada review tempat spa yang mursida dan kece lho (malah promosi)
halo kak...
BalasHapusblognya oke nih,
boleh dong share dikit tenting "pajak" dan temennya si SPT, walaupun maret sudah lewat, terima kasih :)
okeee nanti akan saya bahas di blogpost yang lain, karena kalo dibahas disini judulnya bisa ganti jadi 8 tips survival paling penting di tanggal-tanggal pengumpulan SPT dong hehehe
HapusSaya pun freelancers sebagai private teacher yang dibayar bulanan berdasarkan sesi saya datang. Sisanya ya dapat duit dari blog dan socmed. Kalau masalah pengaturan uang, karena sebelumnya udah pernah juga buka usaha, jadi udah terbiasa dg duit masuk tidak tetap dan jadi terbiasa irit sampai sekarang. Untuk nulis, cukup di atas pojok tempat tidur dekat colokan aja, haha... Iya kalau tiap hari kerja mesti ke cafe, lah nombok di fee, haha... Moga kita sama2 dimudahkan ya, Mba. Senang dapat banyak masukan dari post ini.
BalasHapuswaw senangnya membaca komen dari mbak nita ini (eh boleh panggil mbak nita? saya sksd sekali, ceunah) enak ya mbak, ga neko-neko sekali, kalo saya sebelum nulis kudu ritual tari hujan dulu biar dapet inspirasi. kadang tari hujan itu diselingi dengan menelan pisang goreng dan gorengan gorengan lainnya sehingga nombok di fee (kemudian terinspirasi untuk nulis posting berjudul "feeku dibawa lari tukang gorengan")
HapusEdaaan. Kudu kasih applause sama freelancer nih. Kesimpulannya manajemen & disiplin diri yang paling utama yaa Gy. Karena semuanya kalian yg kontrol sendiri 👏👏 thumbs up!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusGak sengaja nemu blog ini, suka banget sama tulisan2nya! Apa adanya dan relatable gitu. Thumbs up!
BalasHapusDi postingan tentang freelancer ini sih no.8 paling makjleb (bahasa apa ini??), mengena di lubuk hati dan sanubari *halah*, secara aku juga baru mulai freelance belum ada setahun, masih lagi belajar jalan kalo anak bayi mah, hehe... dan emang kesehatan jiwa tuh dipertaruhkan banget yaa, secara berbanding terbalik sama kesehatan dompet :'D
Tips-nya ngena banget tuh mbak, seperti blacklist klien. Saya ada klien yg lari gak bayar fee, padahal udah ditagih & laporin sama situs platformnya. Juga sedikit nyinggung SARA, klien dari India yang maunya banyak tapi bayarnya dikit dan kebanyakan drama. Beberapa kali nemu klien nyebelin, ternyata dari sono juga. Agak hati2 kalo ada offer dari India.
BalasHapus