Jujur, saya paling males beres-beres dompet. Kalau kata pak suami, dompet saya itu kayak segitiga bermuda--apa aja yang masuk pasti ilang--kecuali angpao sisa imlek yang entah kenapa makin numpuk karena saya jadikan jimat. Sampai hari ini, saya merasa kalau saya punya hutang budi pada guru akutansi saya jaman SMP (Hai Bu Kris!) dan SMA (Hai Pak Dendy!) karena tanpa mereka, mungkin sekarang saya akan jadi orang ter-gak-tau-duit-gue-lari-kemana. Yes, I log all of my expenses, company accountant style!
Mungkin, karena saya malas kalo liat dompet saya penuh berisi tumpukan uang receh (ya, uang receh karena langka sekali saya bawa pecahan 100 ribuan semenjak tinggal di Jogja), makanya saya lebih memilih membawa debit card, prepaid card atau credit card kemana-mana. Alasannya simpel, saya tau uangnya lari kemana!
Lho, iya kan? kalau pake uang elektronik, kita tinggal cek saja rekening kita dengan berbagai aplikasi yang tersedia--ngeceknya bisa lewat handphone pula. Kan praktis? Coba kalau pake uang kertas, masa makan angkringan minta nota? yekeles!
Lebih lanjutnya lagi, sebagai orang yang selalu berusaha untuk stay organized--walaupun lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya--saya itu selalu lupa habis ngeluarin berapa, dimana, dan buat apa. Hal ini diperparah dengan belanja-belanja yang ada nilai nominal desimalnya. Seriously, siapa sih yang punya pecahan 28.214 rupiah untuk beli deodoran? siapaaaa???? *gedor pintu kaca minimarket yang buka 24 jam*
Hal ini berubah setelah saya tinggal di Jogja, dimana uang cash adalah primadona--lebih tepatnya uang cash dengan nominal dibawah 50 ribu rupiah, karena makanan disini murah-murah syekaliiii (meskipun sekarang udah agak mahal--terimakasih inflasi *mendelik-delikkan mata dengan sinis dan sarkastis ala neneknya tapasya*) Semenjak di Jogja saya sudah ganti dompet 10 kali! 10 kali saudara-saudaraaaaa!!!! Padahal di Jakarta saya paling males gonta ganti dompet.
ganti-ganti dompet ini ternyata ada korelasinya dengan si isi dompet yang kemana-mana. Saya cenderung memasukkan semuanya ke dompet, dari uang, nota, receh, foto, kartu member ini itu. Duh dompet, maafkan aku yanghoarding impulsif bin abusive ini *sambil nangis dipojokan*
oleh karena itu, saya menemukan sebuah cara untuk mengontrol si isi dompet. Jadi, selain membuat si dompet lebih rapi, pengeluaran kita jadi lebih terkontrol juga. Penasaran? Cus yuk disimak!
ganti-ganti dompet ini ternyata ada korelasinya dengan si isi dompet yang kemana-mana. Saya cenderung memasukkan semuanya ke dompet, dari uang, nota, receh, foto, kartu member ini itu. Duh dompet, maafkan aku yang
oleh karena itu, saya menemukan sebuah cara untuk mengontrol si isi dompet. Jadi, selain membuat si dompet lebih rapi, pengeluaran kita jadi lebih terkontrol juga. Penasaran? Cus yuk disimak!
1. Simpan SEMUA Nota Tapi Bukan di Dompet
Pernah jadi pengepul nota kaya saya? kegiatan sebagai bendahara di berbagai komunitas dan arisan mengharuskan saya jadi pengepul nota. Kenapa saya menggunakan istilah pengepul? Soalnya that's exactly what I do! Saya mengumpulkan si nota-nota sampai akhirnya nota-nota itu jumlahnya lebih banyak daripada uang cash di dompet.
Kalau sudah begitu, teteup deh pasti ada satu atau dua nota yang kesempil dan ujung-ujungnya hilang. Males juga kan? Nah, pas searching-searching soal konmari method waktu saya memulai gaya hidup minimalis, saya menemukan tips untuk memfoto bon dan nota dan menyimpannya dalam bentuk digital.
Nah, berbekal aplikasi CamScanner di handphone, saya selalu rutin memotret bon dan nota pengeluaran saya via aplikasi CamScanner ini. Kerennya, dia ada fitur yang bisa mendeteksi huruf dalam foto kita, jadi benar-benar kaya scanner betulan--walaupun fitur ini jarang saya pakai karena suka banyak miss-nya. Hasil foto pun berbentuk seperti hasil scan pake scanner & bisa diadjust perspektifnya. Praktis ya?
Kalau sudah saya foto biasanya saya simpan di cloud service macam dropbox ataupun google drive dengan folder yang sudah saya tentukan. Hasilnya? saya nggak perlu khawatir dompet saya jebol karena nota dan data-data pengeluaran pun jadi lebih rapih.
2. Mau Mencatat Pengeluaran? Lakukan Dengan Rutin
Saya rutin mencatat pengeluaran-pengeluaran saya, baik secara manual maupun secara digital. Kalau secara digital saya pakai aplikasi berbayar Income OK di iOS, tapi alternatif aplikasi gratisan lainnya banyak kok baik di appstore maupun google play store. Kalau males download cukup pakai aplikasi notes aja untuk mencatat pengeluaran, hehehe.
Kalau pengeluaran yang masih saya catat secara manual adalah pengeluaran untuk ngeblog. Lho, pengeluaran untuk ngeblog kenapa dicatat juga? Iya, supaya saya bisa membedakan mana uang yang saya belanjakan untuk kepentingan pribadi dengan kepentingan nge-blog (misalnya transport ke event, beli dresscode untuk event, fee sponsored post, bayar domain, dll) soalnya kadang-kadang suka kecampur-campur, hihihi.
Nah yang tricky dari mencatat pengeluaran ini adalah gimana caranya melakukan pencatatan ini dengan rutin. Saya sering banget lupa mencatat pengeluaran dengan alasan-alasan mulai dari 'males' sampai 'ntar-ntar aja' dan berujung lupa berminggu-minggu. Akhirnya lama kelamaan kegiatan catat mencatat ini saya jadikan habit alias kebiasaan. Rasa malas itu pokoknya entah gimana caranya harus saya lawan. Yang betein sih, teman-teman jadi ngejudge saya lebih banyak asyik dengan handphone, padahal itu saya lagi itung-itungan pengeluaran dan pemasukan, hehehe.
3. Tulis SEMUA pengeluaran dan pemasukan termasuk 200 perak yang kamu kasih ke pak ogah
Kadang kita suka meremehkan uang receh-receh, dan i actually am guilty too! Kadang tuh saya suka kehilangan 1000-2000 rupiah yang akhirnya berujung pada keikhlasan hati umat manusia (karena kalau ngga ikhlas kan keliatan banget pelitnya hihihi)
ternyata, setelah saya hitung-hitung saya kehilangan 1000-2000 rupiah itu bisa karena saya mengeluarkan uang receh untuk hal yang remeh temeh misalnya fotokopi 1 lembar kertas (200 perak) atau ngasi pak ogah (500 perak) atau kerokan (500 perak) dan lain-lain yang biasanya gak penting. Iya, duit kerokan kalau nggak dibalikin ke dompet juga kudu dihitung sebagai pengeluaran ya ibu-ibuuuuu.
Oke, menulis semua pengeluaran itu mungkin kedengaran sebagai sesuatu yang impossible dan ribet, tapi coba deh, uang sejuta itu gak akan jadi sejuta kalo kurang 100 perak!
4. Pisahkan Uang yang Akan Masuk Rekening dan yang Akan Kamu Pakai
Siapa yang suka menabung? Jelas bukan saya. Kalau bisa ngga usah mikirin tabungan dan hura hura tanpa mikirin rekening, i will do anything hahahaha, masalahnya kan hidup nggak semulus muka yang udah diedit pake Camera360.
Jadi, karena saya ngga suka nabung, mau-nggak-mau, saya harus memaksa diri sendiri untuk nyelengin sejumlah uang di bank. Kenapa di bank? karena kalau di celengan rawan tuyul hawa nafsu untuk mecahin celengan. Nah, kenapa memisahkan uang yang akan masuk rekening dan yang akan kita pakai itu penting?
Uang yang akan masuk rekening HARAM hukumnya masuk dompet tanpa proteksi dalam bentuk amplop bersegel. Kenapa? Soalnya pasti kita bakalan tergoda untuk menjawil selembar dua lembar duit kan? Jadi supaya aman, saya selalu rapikan terlebih dahulu lantas saya masukkan ke amplop, saya lem dan hanya akan saya buka didepan teller bank atau mesin setor tunai.
Nah kalau uang yang akan saya pakai untuk sehari-harinya, saya pisahkan menjadi tiga kategori sebelum masuk dompet yakni: uang makan, uang hiburan dan uang jimat.
Uang makan itu segala jenis uang yang sudah saya jatah sedemikian rupa supaya saya gak jajan-jajan sembarangan. Jajan sembarangan itu bahaya lho pemirsa! selain bisa menimbulkan penyakit karena higienitas masakan yang belum tentu terjamin, juga bisa menimbulkan kekeringan pada dompet, kantong, celengan, tabungan dan tempat-tempat penyimpanan uang lainnya, hihihi.
Biasanya uang makan akan saya taruh tanpa perlindungan apapun didalam dompet anda. Pokoknya sifat dari uang makan ini adalah ready to access anytime soalnya saya galak kalau laper hihihi.
Kalau uang hiburan adalah segala jenis uang yang akan saya hambur-hamburkan. Uang hiburan ini tidak selalu ada di dompet saya. Saya akan membawa uang hiburan kalau saya memang mau jalan-jalan atau mau beli bensin dan semacamnya. Sisanya? si uang hiburan akan aman tersimpan disuatu tempat dirumah saya hehehe. Kenapa uang hiburan tidak saya bawa didompet? Karena pasti saya tergoda untuk menghambur-hamburkannya lhooo.
Yang terakhir adalah uang jimat. Uang jimat itu selalu ada didompet saya sebagai 'perlindungan'. Biasanya kalau ngga ada di dompet, saya juga menyimpannya di dompet STNK dan tempat-tempat yang tidak pernah saya tinggal dirumah, pokoknya tersebar. Fungsinya uang jimat adalah kalau ada keadaan darurat (let's say saya diturunin di pinggir jalan oleh mantan saya yang biadab) saya akan selalu punya uang untuk pulang. Atau lebih apesnya lagi, kalau misalnya ban kempes, atau masuk tol dengan saldo e-money yang tipis, saya punya cadangan cash dimana-mana.
Cumaaaaa uang jimat ini biasanya saya tekuk-tekuk ngga keruan dan saya simpan di tempat yang nggak aksesibel. Pokoknya yang penting saya tahu saya ada uang cadangan. Masalah mau diambil kapan? Ya kapan-kapan.
5. Don't Let Anyone Knows the Exact Amount of Cash You Had in You
Ini yang paling penting kalau kamu punya teman-teman separuh setan seperti teman teman saya. Jadi, saya seringkali dikomporin untuk beli A, B, C, D, E, F, G yang sebenarnya nggak saya butuhin. Kadang-kadang kegiatan provokatif ini berujung pada kalimat "emang lu bawa duit berapa sih? sini gue talangin dulu sisanya." (YES OCU I'M TALKING ABOUT YOU!!)
Kalau teman-teman kita tahu kita pegang uang berapa, nggak jarang mereka akan mengeluarkan kata-kata persuasif seperti "udah beli aja entar nyesel" atau "yakin? kan lo lagi ada duit" atau "mumpung diskon yuk beli beli" dan semacamnya. Terkutuklah teman-teman semacam ini.
Tapi sengeselin-ngeselinnya teman yang 'kompor' nggak akan sengeselin temen yang hobi utang. Okelah kalo misalnya dia tipe yang cuma ngutang kalo butuh dan kalo ditagih gak susah (bahkan ga perlu ditagih), cuma hari giniiiiii??? Nagih utang lebih susah daripada nagih nyawa bos!
Teman-teman kita yang hobi utang HARAM hukumnya mengetahui jumlah uang didompet kita karena mereka bakal ngutang abis-abisan dengan alasan gak bawa cash, duitnya masih di atm, gak ada uang kecil dan alasan-alasan gak mutu lainnya. Iya kalo posisinya mereka ngasi tau pas lagi senggang, nah biasanya tukang utang kambuhan ini ngasitaunya PERSIS DIDEPAN KASIR, dimana kalau kita batalin transaksi berimbas pada harga diri dan kegengsian yang paripurna.
intinya: jangan pernah ngasi tau ke orang lain kita punya uang berapa. titik.
6. Make A Goal AND a Commitment
Niat itu penting, tapi lebih penting lagi hasil dari si niat itu gimana. Sama kalau kamu beribadah, memang sudah niat pun dihitungnya sudah ibadah, tapi kalau kita abis itu ngeloyor beli soto dan nggak ibadah ya teteup dongggg ibadahnya gagal!
Nah sama, kalau kita mau ngontrol isi dompet kita, ya kuncinya emang cuma satu: KOMITMEN. Kalau kita ngga komitmen, kan sama aja boong, hari ini dompet sudah rapi jali berisi lagi eeehh dua atau tiga minggu kita balik lagi ke titik awal dengan dompet berantakan dan sedikit uang. Kan males?
Nah untuk bisa mempertahankan komitmen, kita harus punya GOALS atau tujuan. Apa sih yang ingin kita capai dengan beres-beres dompet? Mungkin kita ingin bisa mengontrol pengeluaran? Mungkin kita ingin mengisi SPT pajak dengan lebih mudah? Terserah kita. Kalau saya sih selain mengontrol pengeluaran, saya gak pengen 'ketuyulan' satu atau dua lembar uang hehehe.
Jadi, gimana? siap mengontrol isi dompet?
Jujur, saya paling males beres-beres dompet. Kalau kata pak suami, dompet saya itu kayak segitiga bermuda--apa aja yang masuk pasti ilang--kecuali angpao sisa imlek yang entah kenapa makin numpuk karena saya jadikan jimat. Sampai hari ini, saya merasa kalau saya punya hutang budi pada guru akutansi saya jaman SMP (Hai Bu Kris!) dan SMA (Hai Pak Dendy!) karena tanpa mereka, mungkin sekarang saya akan jadi orang ter-gak-tau-duit-gue-lari-kemana. Yes, I log all of my expenses, company accountant style!
Mungkin, karena saya malas kalo liat dompet saya penuh berisi tumpukan uang receh (ya, uang receh karena langka sekali saya bawa pecahan 100 ribuan semenjak tinggal di Jogja), makanya saya lebih memilih membawa debit card, prepaid card atau credit card kemana-mana. Alasannya simpel, saya tau uangnya lari kemana!
Lho, iya kan? kalau pake uang elektronik, kita tinggal cek saja rekening kita dengan berbagai aplikasi yang tersedia--ngeceknya bisa lewat handphone pula. Kan praktis? Coba kalau pake uang kertas, masa makan angkringan minta nota? yekeles!
Lebih lanjutnya lagi, sebagai orang yang selalu berusaha untuk stay organized--walaupun lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya--saya itu selalu lupa habis ngeluarin berapa, dimana, dan buat apa. Hal ini diperparah dengan belanja-belanja yang ada nilai nominal desimalnya. Seriously, siapa sih yang punya pecahan 28.214 rupiah untuk beli deodoran? siapaaaa???? *gedor pintu kaca minimarket yang buka 24 jam*
Hal ini berubah setelah saya tinggal di Jogja, dimana uang cash adalah primadona--lebih tepatnya uang cash dengan nominal dibawah 50 ribu rupiah, karena makanan disini murah-murah syekaliiii (meskipun sekarang udah agak mahal--terimakasih inflasi *mendelik-delikkan mata dengan sinis dan sarkastis ala neneknya tapasya*) Semenjak di Jogja saya sudah ganti dompet 10 kali! 10 kali saudara-saudaraaaaa!!!! Padahal di Jakarta saya paling males gonta ganti dompet.
ganti-ganti dompet ini ternyata ada korelasinya dengan si isi dompet yang kemana-mana. Saya cenderung memasukkan semuanya ke dompet, dari uang, nota, receh, foto, kartu member ini itu. Duh dompet, maafkan aku yanghoarding impulsif bin abusive ini *sambil nangis dipojokan*
oleh karena itu, saya menemukan sebuah cara untuk mengontrol si isi dompet. Jadi, selain membuat si dompet lebih rapi, pengeluaran kita jadi lebih terkontrol juga. Penasaran? Cus yuk disimak!
ganti-ganti dompet ini ternyata ada korelasinya dengan si isi dompet yang kemana-mana. Saya cenderung memasukkan semuanya ke dompet, dari uang, nota, receh, foto, kartu member ini itu. Duh dompet, maafkan aku yang
oleh karena itu, saya menemukan sebuah cara untuk mengontrol si isi dompet. Jadi, selain membuat si dompet lebih rapi, pengeluaran kita jadi lebih terkontrol juga. Penasaran? Cus yuk disimak!
1. Simpan SEMUA Nota Tapi Bukan di Dompet
Pernah jadi pengepul nota kaya saya? kegiatan sebagai bendahara di berbagai komunitas dan arisan mengharuskan saya jadi pengepul nota. Kenapa saya menggunakan istilah pengepul? Soalnya that's exactly what I do! Saya mengumpulkan si nota-nota sampai akhirnya nota-nota itu jumlahnya lebih banyak daripada uang cash di dompet.
Kalau sudah begitu, teteup deh pasti ada satu atau dua nota yang kesempil dan ujung-ujungnya hilang. Males juga kan? Nah, pas searching-searching soal konmari method waktu saya memulai gaya hidup minimalis, saya menemukan tips untuk memfoto bon dan nota dan menyimpannya dalam bentuk digital.
Nah, berbekal aplikasi CamScanner di handphone, saya selalu rutin memotret bon dan nota pengeluaran saya via aplikasi CamScanner ini. Kerennya, dia ada fitur yang bisa mendeteksi huruf dalam foto kita, jadi benar-benar kaya scanner betulan--walaupun fitur ini jarang saya pakai karena suka banyak miss-nya. Hasil foto pun berbentuk seperti hasil scan pake scanner & bisa diadjust perspektifnya. Praktis ya?
Kalau sudah saya foto biasanya saya simpan di cloud service macam dropbox ataupun google drive dengan folder yang sudah saya tentukan. Hasilnya? saya nggak perlu khawatir dompet saya jebol karena nota dan data-data pengeluaran pun jadi lebih rapih.
2. Mau Mencatat Pengeluaran? Lakukan Dengan Rutin
Saya rutin mencatat pengeluaran-pengeluaran saya, baik secara manual maupun secara digital. Kalau secara digital saya pakai aplikasi berbayar Income OK di iOS, tapi alternatif aplikasi gratisan lainnya banyak kok baik di appstore maupun google play store. Kalau males download cukup pakai aplikasi notes aja untuk mencatat pengeluaran, hehehe.
Kalau pengeluaran yang masih saya catat secara manual adalah pengeluaran untuk ngeblog. Lho, pengeluaran untuk ngeblog kenapa dicatat juga? Iya, supaya saya bisa membedakan mana uang yang saya belanjakan untuk kepentingan pribadi dengan kepentingan nge-blog (misalnya transport ke event, beli dresscode untuk event, fee sponsored post, bayar domain, dll) soalnya kadang-kadang suka kecampur-campur, hihihi.
Nah yang tricky dari mencatat pengeluaran ini adalah gimana caranya melakukan pencatatan ini dengan rutin. Saya sering banget lupa mencatat pengeluaran dengan alasan-alasan mulai dari 'males' sampai 'ntar-ntar aja' dan berujung lupa berminggu-minggu. Akhirnya lama kelamaan kegiatan catat mencatat ini saya jadikan habit alias kebiasaan. Rasa malas itu pokoknya entah gimana caranya harus saya lawan. Yang betein sih, teman-teman jadi ngejudge saya lebih banyak asyik dengan handphone, padahal itu saya lagi itung-itungan pengeluaran dan pemasukan, hehehe.
3. Tulis SEMUA pengeluaran dan pemasukan termasuk 200 perak yang kamu kasih ke pak ogah
Kadang kita suka meremehkan uang receh-receh, dan i actually am guilty too! Kadang tuh saya suka kehilangan 1000-2000 rupiah yang akhirnya berujung pada keikhlasan hati umat manusia (karena kalau ngga ikhlas kan keliatan banget pelitnya hihihi)
ternyata, setelah saya hitung-hitung saya kehilangan 1000-2000 rupiah itu bisa karena saya mengeluarkan uang receh untuk hal yang remeh temeh misalnya fotokopi 1 lembar kertas (200 perak) atau ngasi pak ogah (500 perak) atau kerokan (500 perak) dan lain-lain yang biasanya gak penting. Iya, duit kerokan kalau nggak dibalikin ke dompet juga kudu dihitung sebagai pengeluaran ya ibu-ibuuuuu.
Oke, menulis semua pengeluaran itu mungkin kedengaran sebagai sesuatu yang impossible dan ribet, tapi coba deh, uang sejuta itu gak akan jadi sejuta kalo kurang 100 perak!
4. Pisahkan Uang yang Akan Masuk Rekening dan yang Akan Kamu Pakai
Siapa yang suka menabung? Jelas bukan saya. Kalau bisa ngga usah mikirin tabungan dan hura hura tanpa mikirin rekening, i will do anything hahahaha, masalahnya kan hidup nggak semulus muka yang udah diedit pake Camera360.
Jadi, karena saya ngga suka nabung, mau-nggak-mau, saya harus memaksa diri sendiri untuk nyelengin sejumlah uang di bank. Kenapa di bank? karena kalau di celengan rawan tuyul hawa nafsu untuk mecahin celengan. Nah, kenapa memisahkan uang yang akan masuk rekening dan yang akan kita pakai itu penting?
Uang yang akan masuk rekening HARAM hukumnya masuk dompet tanpa proteksi dalam bentuk amplop bersegel. Kenapa? Soalnya pasti kita bakalan tergoda untuk menjawil selembar dua lembar duit kan? Jadi supaya aman, saya selalu rapikan terlebih dahulu lantas saya masukkan ke amplop, saya lem dan hanya akan saya buka didepan teller bank atau mesin setor tunai.
Nah kalau uang yang akan saya pakai untuk sehari-harinya, saya pisahkan menjadi tiga kategori sebelum masuk dompet yakni: uang makan, uang hiburan dan uang jimat.
Uang makan itu segala jenis uang yang sudah saya jatah sedemikian rupa supaya saya gak jajan-jajan sembarangan. Jajan sembarangan itu bahaya lho pemirsa! selain bisa menimbulkan penyakit karena higienitas masakan yang belum tentu terjamin, juga bisa menimbulkan kekeringan pada dompet, kantong, celengan, tabungan dan tempat-tempat penyimpanan uang lainnya, hihihi.
Biasanya uang makan akan saya taruh tanpa perlindungan apapun didalam dompet anda. Pokoknya sifat dari uang makan ini adalah ready to access anytime soalnya saya galak kalau laper hihihi.
Kalau uang hiburan adalah segala jenis uang yang akan saya hambur-hamburkan. Uang hiburan ini tidak selalu ada di dompet saya. Saya akan membawa uang hiburan kalau saya memang mau jalan-jalan atau mau beli bensin dan semacamnya. Sisanya? si uang hiburan akan aman tersimpan disuatu tempat dirumah saya hehehe. Kenapa uang hiburan tidak saya bawa didompet? Karena pasti saya tergoda untuk menghambur-hamburkannya lhooo.
Yang terakhir adalah uang jimat. Uang jimat itu selalu ada didompet saya sebagai 'perlindungan'. Biasanya kalau ngga ada di dompet, saya juga menyimpannya di dompet STNK dan tempat-tempat yang tidak pernah saya tinggal dirumah, pokoknya tersebar. Fungsinya uang jimat adalah kalau ada keadaan darurat (let's say saya diturunin di pinggir jalan oleh mantan saya yang biadab) saya akan selalu punya uang untuk pulang. Atau lebih apesnya lagi, kalau misalnya ban kempes, atau masuk tol dengan saldo e-money yang tipis, saya punya cadangan cash dimana-mana.
Cumaaaaa uang jimat ini biasanya saya tekuk-tekuk ngga keruan dan saya simpan di tempat yang nggak aksesibel. Pokoknya yang penting saya tahu saya ada uang cadangan. Masalah mau diambil kapan? Ya kapan-kapan.
5. Don't Let Anyone Knows the Exact Amount of Cash You Had in You
Ini yang paling penting kalau kamu punya teman-teman separuh setan seperti teman teman saya. Jadi, saya seringkali dikomporin untuk beli A, B, C, D, E, F, G yang sebenarnya nggak saya butuhin. Kadang-kadang kegiatan provokatif ini berujung pada kalimat "emang lu bawa duit berapa sih? sini gue talangin dulu sisanya." (YES OCU I'M TALKING ABOUT YOU!!)
Kalau teman-teman kita tahu kita pegang uang berapa, nggak jarang mereka akan mengeluarkan kata-kata persuasif seperti "udah beli aja entar nyesel" atau "yakin? kan lo lagi ada duit" atau "mumpung diskon yuk beli beli" dan semacamnya. Terkutuklah teman-teman semacam ini.
Tapi sengeselin-ngeselinnya teman yang 'kompor' nggak akan sengeselin temen yang hobi utang. Okelah kalo misalnya dia tipe yang cuma ngutang kalo butuh dan kalo ditagih gak susah (bahkan ga perlu ditagih), cuma hari giniiiiii??? Nagih utang lebih susah daripada nagih nyawa bos!
Teman-teman kita yang hobi utang HARAM hukumnya mengetahui jumlah uang didompet kita karena mereka bakal ngutang abis-abisan dengan alasan gak bawa cash, duitnya masih di atm, gak ada uang kecil dan alasan-alasan gak mutu lainnya. Iya kalo posisinya mereka ngasi tau pas lagi senggang, nah biasanya tukang utang kambuhan ini ngasitaunya PERSIS DIDEPAN KASIR, dimana kalau kita batalin transaksi berimbas pada harga diri dan kegengsian yang paripurna.
intinya: jangan pernah ngasi tau ke orang lain kita punya uang berapa. titik.
6. Make A Goal AND a Commitment
Niat itu penting, tapi lebih penting lagi hasil dari si niat itu gimana. Sama kalau kamu beribadah, memang sudah niat pun dihitungnya sudah ibadah, tapi kalau kita abis itu ngeloyor beli soto dan nggak ibadah ya teteup dongggg ibadahnya gagal!
Nah sama, kalau kita mau ngontrol isi dompet kita, ya kuncinya emang cuma satu: KOMITMEN. Kalau kita ngga komitmen, kan sama aja boong, hari ini dompet sudah rapi jali berisi lagi eeehh dua atau tiga minggu kita balik lagi ke titik awal dengan dompet berantakan dan sedikit uang. Kan males?
Nah untuk bisa mempertahankan komitmen, kita harus punya GOALS atau tujuan. Apa sih yang ingin kita capai dengan beres-beres dompet? Mungkin kita ingin bisa mengontrol pengeluaran? Mungkin kita ingin mengisi SPT pajak dengan lebih mudah? Terserah kita. Kalau saya sih selain mengontrol pengeluaran, saya gak pengen 'ketuyulan' satu atau dua lembar uang hehehe.
Jadi, gimana? siap mengontrol isi dompet?
Kamis, 27 Oktober 2016
.
A How To Series /
finance /
keuangan keluarga
.
Saya termasuk yang nyimpan bon di dompet mbak bahkan beberapa tahun lalu juga masih ada hehehe. Uang receh tetap aja tapi terbatas, cuma sekarang lebih ngandalin pake token, kalau gak bawa uang rece ya pinjam sama teman terus tinggal transfer :D
BalasHapusiya sekarang kalau ga bawa uang receh enak bisa langsung transfer apalagi kalau pake e-money atau rekening ponsel, duh enak nannnn
HapusNgomongin point no 5 nih mba, aku mau cerita agak kesel sama satu temen yang dulu selalu pinjem uang ongkos pas pulang ngampus dengan alesan ga punya receh atau belum ambil uang. Entah udah berapa kali dia aku 'ongkosin', mau ku tagih,aku pun lupa dia ngutang berapa. Tapi orangnya cuek banget dan dia bisa liburan sana-sini pamer disosmed :'))
BalasHapushihihi cek blogpost aku yang baru deh mba, ngomongin temen aku yang hobi ngutang nih!
Hapusada-ada aja emang orang kaya gitu, ngutang kok buat "ongkos"
No 5 ituuu... xD
BalasHapusAku malah kadang g aenak dibayarin mulu malah --" tau kali ya muka2 ngenes gini *eh kan yang penting g tau uangku ada berapa xD
kalo dibayarin karena mereka emang ikhlas atau emang karena kitanya baik sama mereka mah cuek aja mbak hihihihi
Hapustapi soal gatau pegang duit berapa, kudu wajib diterapkan! biar ga ada gaenak-gaenakan hihihi
Saya termasuk orang yang suka mencatat pengeluaran dan pemasukan sedetail mungkin, supaya bisa mengontrol isi dompet.
BalasHapuswaaa hebat mbak, saya juga pengen bisa sampe detil gitu. kadang masih suka ada yang miss terus entar panik sendiri huahahaha. sekarang 200 perak pun tak catat :"))
HapusPoin satu itu aku, kebalikannya suamiku. Dia mah nota abis bayar langsung remes buang di tong sampah. Katanya buat apa disimpan, bikin getun udah ngeluarin uang. Hahaha.
BalasHapusTapi beneran ini tipsnya bermanfaat banget. Sebagai menteri keuangan rumah tangga, bismillah mau nyoba deh. Pelan pelaaan xD
mak rotuuun :") aku terharu dikomen sama salah satu blogger idolakuh :")
Hapusaku dulu sering buang buang nota gitu. gataunya yang kebuang malah nota-nota yang penting. sedih sih, tapi mau gimana lagi...
Dan aku pun orang yg rajin nyimpen nota-nota di dompet. Pernah dompet berjubel sesak gak muat lagi, pas dibongkar isinya struk belanjaan.. hihihihiih
BalasHapushahaha coba struk belanjaan bisa dituker duit ya mbak...
HapusDuh aku masih suka belang belang nyatet hihi *tutup muka
BalasHapuscoba nyatetnya pake pulpen satu warna aja siapa tau gak belang-belang (eh garing) (maafkan aku)
HapusTips yang bagus mbak Agi..aku belum bisa nih ..tapi aku akan coba deh..suami juga suruh buat catat pengeluaran..tapi aku tunjukkan aja semua pengeluaran dari data di net bank :D ha ha ha..
BalasHapushai mbak dewi... hahaha catatan pengeluaran enak untuk tax report, ngga enak untuk dilakukan karena capek. Kalau udah ada data di bank kan rasanya ngga perlu nyatet lagi yaaaa, makanya saya jarang pake cash huahahaha (pemalas mode on)
HapusYang no 5, memang jarang banyak cashnya mba hehe...Yang 200 buat pak Ogah dicatet juga ya, noted hihihi
BalasHapuscatet mbaaak karena sejuta tanpa dua ratus perak hanya menjadi sembilan ratus sembilan ribu delapan ratus rupiah saja <3
Hapuskak agi. di tulisan mu yll. yang ttg berhemat. it worked lo.. bulan ini aku bisa save 600 rb..! thank you gii ;)
BalasHapusbaru tau kamu komen ini kak dikiiii
Hapusalhamdulillah yaaa, lumayan, mungkin abis ini bisa nraktir aku mie ayam tahu bakso di kantin fisipol *dikeplak*
Poin nomor 1 Mba, saya sekarang suka motret & upload google drive nota-nota biar bisa langsung dibuang & ga bikin penuh dompet. Tapi sayangnya masih sering lupa atau males ngerekap dengan alasan "ah nanti lagi bisa, masih ada dokumentasinya" tau-tau numpuk buanyak pas mau bikin LPJ ke diri sendiri wkwkwk :(((
BalasHapusnaaaaahhhh iya upload gdrive bisa juga tuhh <3
Hapuskalo udah lupa-lupaan karena males ya udah susah deh, aku juga sering gitu kok, hueeee
Nice tips, Kalo aku seringnya ngumpulin bon dalam dompet sampe tebel. Begitu mau rekap, udah gak jelas lagi tulisannya. Untuk poin no 5 nih, ada temenku yang suka minjem tapi gak ngomong secara langsung. Cuma bilang "mbak, ada duit". kayaknya dia kok bisa tau aja isi dompetku. Mau bilang gak ada takut kualat. Akhirnya ya gitu deh, pasrah #jadicurhatnih
BalasHapusOya salam kenal ya mbak Aggy.
Aku malah suka buangin mba nota-nota hahaha bahkan males buat catet pengeluaran pdahal suami accounting :)))
BalasHapuspengepul nota ?? itu SAYAAAAA .. hahaha
BalasHapusnice post mba .. I like it