Saya mau memproklamirkan diri sebagai makhluk ter #kerehore se-indonesia raya. Dengan pendapatan pak suami yang maju mundur cantik plus pajak profesi yang mihils plus uang kuliah tunggal yang sukses bikin saya ketar ketir tiap awal semester, saya pun mencoba 'kreatif' mengelola keuangan keluarga. Maklum, pak suami kan dokter hewan dengan jam terbang yang belum terlalu tinggi, jadi penghasilan kami ya masih penghasilan
fresh graduate alias UMR.
Tapi setelah saya renungi (ceileh), ternyata dengan pemasukan pas-pasan yang ketika dipotong biaya listrik saja bisa sukses membuat kami mengencangkan ikat pinggang tiap akhir bulan, saya dan suami bisa dibilang menemukan cara-cara 'nyeleneh' untuk hore-hore. Buktinya?
every saturday night is a date night! Inget ya, kere bukan berarti gak bisa hidup bahagia! Camkan itu ibu-ibu! *semangat 45*
Oya, tips ini mungkin sedikit nyeleneh dan ribet (
but aren't we all?) tapi percaya deh, tanpa tips-tips gila ini, mungkin kami ngga akan bisa menabung tiap bulan demi masa depan anak yang masih di awang-awang. Penasaran?
Here We Go!
1. Belanja-lah di kampus. Karena Mahasiswa mostly are cheapskates, and so were we.
Percaya tidak percaya, segala kebutuhan pokok yang ada di rumah saya beli dari Minimarket Kampus. Kok minimarket kampus?
Satu, harganya lebih murah dari toko waralaba, dua, kadang ada benda aneh-aneh yang cuma ada di minimarket kampus, misalnya takoyaki super enak harga 3.500 isi 2 atau pizza homemade harga 8 ribu dengan kualitas yang nggak kalah sama
chain pizza nasional.
Salah satu favorit saya adalah
Agromartnya Fakultas Peternakan UGM.
Saya biasa beli telur, sayur, sampai makanan beku disitu. Mozarella Cheese ukuran 10x10cm dengan ketebalan 2cm bisa saya dapatkan hanya dengan 30 ribu saja (kadang bahkan 20 ribu). Aneka macam Yogurt juga bisa saya dapatkan dengan mudah. Pokoknya murah dan gembira. Sisanya bisa beli di pasar sih--walaupun mereka juga menyediakan bahan makanan olahan yang lain.
Jadi kalo ada yang tanya, kenapa saya bisa masak western food/japanese food hampir tiap hari, nih rahasianya!
2. Investasi Itu bernama BAWANG dan CABE
Dulu jaman awal-awal ngekos, saya diberi hadiah ulang tahun berupa kaktus oleh teman-teman kuliah saya. Alasannya karena kaktus jarang mandi (dan demikian pula saya). Hobi memelihara tanaman memang tidak bertahan lama karena kurang dari setahun, si kaktus akhirnya layu. Saya memang nggak bakat berkebun kok Jangankan merawat tanaman, merawat diri sendiri saja jarang! *elus-elus rambut kusut*
Belakangan kalo liat-liat instagram, saya hobi banget liat
urban jungle blog yang isinya rumah-rumah dengan banyak tanaman, terus juga kalo liat
youtuber-youtuber luar negeri, banyak yang punya
herb garden sendiri di dapurnya. Dari situ, agak ngiri juga sih, kenapa saya ga diberkahi hubungan batiniah yang bagus sama tanaman.
Alhamdulillah, saya diberi rejeki berupa suami yang hobinya berkebun. Pot-pot yang tadinya saya isi kaktus lucu-lucu berubah menjadi pot berisi bawang (yang kelamaan ditaro dikulkas sampe bertunas), cabe, parsley, wortel dan lain-lain. Pokoknya sayur-sayur yang sehari-hari kami pakai dirumah selalu ada didepan rumah. Hemat, dan jelas, gak perlu pake beli-beli. Pak suami juga
happy, tiap pagi dia ngasih makan ayam sambil nyiramin tanaman ala-ala game
Harvest Moon. Lumayan, selain hemat bisa buat hiburan juga ternyata.
3. Layar Tancep is Just One HDMI Cable Away
Hobi saya adalah nonton film. Tapi kalo diturutin semua film saya tonton di bioskop, dunia persilatan bisa bubar jalan. Kok bisa? Karena nonton di bioskop itu mahal. Coba kita itung-itungan yaaa...
Sekali nonton film di bioskop: 35 ribu. Nonton berdua yaaa 70 ribu.
Belum sama popcorn endefrey endesbrey anggap lah 25 ribu.
ongkos parkir 5 ribu (kalo beruntung)
belum bensin ke bioskopnya.
Coba ditotal.
Udah 100 ribu sendiri!!! Bisa buat makan enak tiga hari!!! *insert emot nangis disini* Itu juga kalo 1 film per bulan yang ditonton. Lah saya kan
movie junkie, sampai film horror Indonesia yang jalan ceritanya absurd pun kadang saya tonton,
just because.
Solusinya? Banyak ibu-ibu. Jaman sekarang siapa sih yang nggak kenal Netflix, Youtube, Rent Movies di iTunes dan.... streaming (oops!). Ternyata, dengan cara yang benar, kita bisa memanfaatkan
gadget kita untuk nonton film meskipun pasti level kepuasannya beda dengan nonton di bioskop.
Nah berhubung kita juga belom punya uang untuk beli chromecast, smart tv, top box tv dll, jadilah laptop dan ps3 dirumah sebagai TV box kita. Tinggal colok HDMI laptop ke TV dan
voila, you got yourself a merry little Layar Tancep. Teman-teman yang lebih
advanced ke-layar-tancepannya juga sering cerita soal
Miracast, yaitu semacam proyeksi HDMI via
wi-fi sehingga kita bisa mindahin proyeksi gambar dari
smartphone ke TV atau layar proyektor
. Detilnya cari sendiri ya, karena saya juga belum pernah nyoba.
Jadi, saya modalin aja bayar tagihan internet
broadband tiap bulan. Lumayan, selain punya
wi-fi unlimited buat
browsing, saya juga jadi punya
bioskop layar tancep pribadi.
4. Berburu Diskon, Cashback, Sampai Click-to-get-reward Services
Jadi, hobi lain saya dan pak suami adalah belanja
online. biasanya, untuk mempermudah proses transaksi kami biasa cari di
marketplace yang punya fasilitas rekber atau
escrow account, misalnya
tokopedia,
bukalapak,
mataharimall, dan lain-lain.
Tapi jangan salah! biasanya sebelum berbelanja kami akan melakukan riset ekstensif bagaimana caranya mendapatkan diskon di
marketplace tersebut. Biasanya sih, yang paling sering kami gunakan adalah website proxy yang menawarkan Cashback semacam
Shopback atau website penyedia
voucher macam
Groupon.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan aplikasi LINE dan mantengin promo dari
marketplace tersebut. Beberapa hal yang sukses kami beli dengan diskon dan cashback serta kode-kode
voucher adalah kamera (yang sekarang kami pake untuk
vlog di youtube), tas, flat shoes, mikroskop kerja pak suami dan masih banyak lagi. Selain untuk mantengin promo dari
marketplace, saya juga hobby nungguin
voucher promo dari
Official Account yang ada di LINE, biasanya sih promo Starbucks. Lumayan kan ngopi-ngopi murah di tempat mahal, hehehe.
Kalau pak suami lagi hobi dengan
click to get reward apps. Jadi kita cuma nge-klik-nge-klik iklan dan dapat uang yang bisa dijadikan pulsa gratis. Lumayan, belakangan desye bisa isi kuota pake pulsa hasil ngeklik-ngeklik iklan tersebut. Pak suami pake app
Cashtree yang bisa didownload di Playstore. Kalo mau free credits di Cashtree, kamu bisa klik
link refferal ini. Lumayan kaaan?
5. Biasakan Menyebut bilangan ratusan ribu dengan juta
Ini adalah kebiasaan saya yang paling dibenci oleh teman-teman saya. Sebagai Ibu Rumah Tangga dan wanita hemat bin independen
menjurus ke arah pelit, saya sering mengatakan 500 ribu sebagai Setengah Juta dan 250 ribu sebagai seperempat juta.
Fungsinya apa ibu-ibu??? Supaya he...mat.
Coba misalnya, kita mau beli sebuah tas yang harganya 249 ribu rupiah dan uang di kantong kita ada satu juta rupiah. Seandainya kita hanya terbayang "oooh murah ya, cuma 250 ribu..." atau bahkan "oooh 240 ribuan, murah ya??" lenyap deh itu uang, tinggal tersisa 750 ribu rupiah saja.
Tapi kalo kita membayangkannya, ketika kita punya uang satu juta dan kita hanya akan dapat 4 tas model seperti itu... ooo, tentu pegangan pada dompet akan sedikit lebih kencang dari biasanya
yes.
Contoh lain, pak suami mau cicil motor dengan cicilan 500 ribu satu bulannya. Kalau dengan gaji sekarang tentu enak tinggal bilang "ah cuma 500 ribu ini", tapi kalau ia memvisualisasikan 500 ribu itu dengan setengah juta, pasti rasanya yang keluar akan lebih banyak daripada yang seharusnya.
Jadi visual itu penting ibu-ibu! Penting! *semangat empat lima*
6. Gak Usah Kebanyakan Printilan Di Rumah, Pokoknya Gak Usah!!
Masih berhubungan dengan post saya soal
Minimalist Living di Indonesia, setelah baca-baca bukunya Marie Kondo, saya jadi percaya lebih sedikit barang yang kita punya, lebih sedikit beban kita. Banyak benda sama dengan banyak
maintenance. Kalau kita punya banyak meja, ya berarti kita harus bersihin meja-meja itu. Banyak peralatan elektronik berarti banyak kabel listrik/charger yang harus disimpan sehingga kegiatan beres-beres jadi makin ekstra, terus tagihan listrik juga udah pasti nambah.
Simpan aja barang-barang yang menurut kita penting dalam hidup kita. Saya pribadi cocok dengan metode KonMari nya Marie Kondo. Setelah mencoba mempelajari cara hidup ala Marie Kondo yang super minimalis, saya merasa lebih sedikit tanggungan yang saya punya. Kalau nggak penting-penting amat, mending nggak usah punya. Dan jangan sekali-sekali mupeng beli benda-benda yang gak jelas, jangan!! (well, i'm still very guilty about having lots of tea infuser, although I didn't really like tea!)
Memang sih sebagian orang menyatakan gaya hidup kami 'nggak umum' dan 'rusuh', tapi buktinya dengan keenam prinsip yang saya pegang betul ini, kami masih bisa kok makan di luar rumah minimal seminggu sekali. Kami masih bisa menyisihkan sebagian rejeki untuk orang lain yang membutuhkan. Kami pun masih bisa menabung untuk masa depan anak kami yang masih belom dibikin, hahaha.
Jadi sebenarnya ya bapak-bapak dan ibu-ibu, yang penting itu bukan jumlah uang yang kita miliki,
because money will always be a number and number is infinite. Ngga ada abisnya kita mengejar uang. Kalau kata Chuck Palahniuk di
fight club, kita mengerjakan pekerjaan yang gak kita sukai supaya kita bisa beli benda-benda yang gak kita butuhkan untuk membuat orang-orang yang kita gak suka kagum sama kita. Dalem,
yes?
Bahagia itu kan intinya sederhana, kita bisa hidup cukup,
happy, dan punya waktu untuk diri sendiri. Kalau misalnya sekarang memang kita belum bisa cicil mobil atau cicil mesin cuci, sudahlah jangan dipaksakan. Jangan mengeluarkan uang untuk gaya hidup yang sebenarnya tidak kita butuhkan dan tidak bisa kita bayar. Hiduplah apa adanya. Toh saya kere-kere begini masih bisa hore-hore, ya gak ibu-ibu??
Yuk saling support untuk bisa hidup lebih bahagia dan berkualitas!